Sabtu, 07 November 2015

Pahlawan?

Mereka menyeponsori pembantaian 65, merebut sumberdaya alam kita, dan kalian jadikan mereka pahlawan?

Anti-Bank

Bagi nasabah bank syariah dan mengira akan masuk surga, think again. ‪#‎eh‬

Lucu

Ada banyak hal lucu di facebook. Tapi yang sering menggelikan bahkan memualkan jika orang bicara lucu-lucuan, malah dinasihati seakan orang melucu itu tersesat.

Marah

"Ada banyak hal yang kutakuti di hidup ini. Salah satunya adalah persepsi orang kepadaku. Juga pandanganmu kepadaku." ujarnya sambil menuruni tangga-tangga candi yang agak curam, dengan kaki sedikit terpincang-pincang karena luka di dengkul kirinya.

Mecah Celengan


Mecah celengan..
Posted by Wisnu Prasetya Utomo on 6 November 2015

Jumat, 06 November 2015

Anti-Kapitalis

Di berbagai kota dunia (bukan Jakarta), 5 November kemarin, ratusan ribu orang berdemonstrasi turun ke jalan memakai topeng Guy Fawkes yg terinspirasi film "V for Vendetta". Di London, demo berubah jadi kerusuhan; 44 orang ditahan dan 3 polisi cedera. Ini demonstrasi tahunan memprotes pencabutan subsidi (austerity) dan menyusutnya kebebasan sipil yg dipicu oleh liberalisasi ekonomi. Ini menggaungkan "The Battle of Seattle", demo besar anti perdagangan-bebas WTO pada 1999, yg berubah jadi kerusuhan, di jantung kapitalisme Amerika sendiri. (Farid Gaban)

Pereira

Sejak lama saya sering bertanya-tanya siapa sebenarnya Derwin Pereira: wartawan, agen atau lobbyist politik? Sebagai wartawan The Strait Times (Singapura) dia pernah mangkal di Jakarta dan Washington. Di tengah gencarnya kampanye "war on terror" George Bush beberapa tahun lalu, Pereira adalah wartawan pertama yg menulis kaitan Pesantren Ngruki dg Al Qaeda, sekaligus memberi Indonesia citra meyakinkan sbg "sarang teroris" dan memuluskan jalan "war on terror" di sini. Kini dia CEO Pereira International, perusahaan konsultan politik, antara lain memanfaatkan koneksinya yg "kuat dan mendalam" dg elit2 politik Jakarta selama jadi wartawan. Dia juga menyombongkan diri punya akses eksklusif informasi vital (tentang Indonesia) dr para elit tadi.

Ah, Kau...

Kau bilang mencintai hujan, tapi kau memakai payung ketika ia jatuh. Kau bilang mencintai angin, tapi kau menutup jendela ketika ia bertandang. Kau bilang mencintai bulan, tapi kau tidur ketika ia muncul. Kau bilang mencintai mentari, tapi kau berteduh ketika ia menyengat.

Kalang Kabut

Artikel di bawah ini mengungkap kejanggalan: sebuah perusahaan Singapura, Pereira International, menyewa konsultan public relations (lobbyist) di Las Vegas utk mengatur kunjungan Presiden Jokowi di Amerika tempo hari. Kok bisa? Perusahaan itu milik Derwin Pereira, mantan wartawan The Strait Times yg pernah ngepos di Jakarta dan dikenal dekat dg Menkopolkam Luhut Panjaitan. Jika kunjungan Jokowi di AS kemarin dinilai gagal atau "flop", sebagian akibat adanya persaingan/saling jegal antara Luhut dengan Kementrian Luar Negeri. Artikel di bawah ini juga menyoroti kalang-kabutnya diplomasi internasional kita.

'65 adalah Konflik Perebutan Sumber Daya

Kalau kita baca 3 karya ini: 1) disertasi Redfern (2010). "Sukarno’s Guided Democracy and the Takeovers of Foreign Companies in Indonesia in the 1960s"; 2) thesis Kanumoyoso, (2001) "Menguatnya Peran Ekonomi Negara: Nasionalisasi perusahaan Belanda di Indonesia."; dan 3) karya klasik Robinson, "Indonesia: The rise of capital," maka akan sangat jelas bahwa 65 adalah konflik perebutan sumberdaya.