Sabtu, 05 Desember 2015

Papa Dijual Obral oleh Mama di Pasar Loak


Ayo cepetan. Kapan Papa Dijual Obral Oleh Mama Di Pasar Loak?http://www.beritateratas.com/2015/12/gawat-setelah-papa-minta-saham-kini-ada.html?m=1
Posted by Ariel Heryanto on 4 Desember 2015

Makna

Karena makna adalah kenyataan yang terdistorsi kekerdilan otak kita, kemajuan terbesar pengetahuan datang bukan dari hal-hal yang sepenuhnya baru, melainkan dari penyingkiran distorsi-distorsi yang menghalangi pikiran kita melihat hal-hal lama dengan cara dan makna baru. Itulah sebab para bijak sejak zaman dahulu bersiteguh bahwa yang terpenting di dalam proses pemikiran dan pencarian ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan adalah pertanyaan yang tepat. (Eko Endarmoko)

Politisi Golkar

Para aktor utama dlm rekaman kasak-kusuk saham Freeport adalah politisi Golkar: Setyo Novanto, Luhut Panjaitan, Jusuf Kalla dan Aburizal Bakrie. Kasak-kusuk Golkar itu bisa dihentikan jika PDI Perjuangan (penguasa parlemen) dan Presiden Jokowi tegas menyatakan dari sekarang: kontrak Freeport tak diperpanjang dan tambang emas dikelola negara (BUMN). (Farid Gaban)

Free Ports

Tadi malam saya diajak kongkow oleh tiga orang papah muda yang sedang bikin permufakatan jahat di sebuah mall di pusat kota Batavia. Mereka sedang saling menjajaki bagaimana memainkan proyek #divestasicinta PT Free Ports.

Substansi

Dalam kasus Freeport, parlemen menjadi bahan tertawaan. Mereka memang layak diejek dan ditertawakan. Tapi, pertanyaan terpenting dalam kasus ini: apakah kontrak Freeport diperpanjang atau dihentikan? (Farid Gaban)

Selamat jalan, Wijaya Herlambang

Bung, kau orang baik. Mestinya kau berumur panjang. Agar kebaikan di negeri ini juga berumur panjang. Lawan politik dan pemikiranmu, Goenawan M, masih bugar. Juga Taufiq Is, dan lain-lain. Tapi kau keburu pergi. Selamat menjemput keabadian. Setidaknya kau telah meninggalkan suatu buku yang mengabadikan namamu dalam percakapan di negeri ini.

Jumat, 04 Desember 2015

#mamahmintatambah

Jangan lupa, selain isu #mamahmintapulsa dan #papahmintasaham, ini ada isu penting lain yang juga harus diperhatikan. Apalagi di akhir pekan. (Tarli Nugroho)

Tim

Teman-teman, dalam waktu singkat, saya akan menerbitkan buku. Kalau tidak ada aral, berkisar bulan Januari akhir atau Februari awal. Buku saya ini tipis belaka. Tapi dikerjakan oleh tim yang luarbiasa.

Publik vs Privat

Tekad bos Facebook menyumbangkan kekayaan utk amal-sosial (charity) memicu perdebatan ttg apakah negara sebaiknya membiarkan orang kaya menjadi Sinterklas (kesalehan privat) dan membebaskan pajaknya atau menarik pajak orang kaya itu utk memperbesar anggaran publik dalam bidang sosial (kesalehan publik). "Welfare-state" model Eropa yg bersandar pada kebijakan publik atau "kapitalisme yg welas asih" spt Amerika yg mendorong kebajikan individu? (Farid Gaban)

Sastra

"Kita memerlukan ketahanan sastra," kata saya. Kami, saya dan beberapa teman--Windi, Megi, Idaman, Hendi, Eva-- sedang ngopi di Pancong, berbicara banyak hal, dari big data dan Hadoop, sampai politik sastra. "Apa itu?" tanya Megi. "Kemampuan mengonsumsi/memproduksi sastra (puisi, fiksi, drama, esai), misalnya di tingkat konsumsi saja, mampu mengenali atau menilai suatu produk sastra bermutu atau tidak, layak dibaca atau tidak, mampu mengenali dan menunjukkan kelemahan dan kelebihannya secara tepat, berbukti, dan berargumentasi solid," jawab saya. "Kita mengakses dunia pakai apa? Bahasa. Bahasa adalah satu2nya alat memaknai dan menyampaikan makna. Karena inilah maka sastra disebut McLuhan batas peradaban. Jika kemampuan berbahasa, yang sastra merupakan representasi terbaiknya, lemah, maka peradaban kita lemah. Lihat misalnya, ketika sastrawan kita menerima berita seorang penulis A dari negeri X memenangkan nobel tahun ini, mereka langsung takjub, kagum, mereka tak sedikitpun mengerenyitkan dahi, mengangkat alis, dan memeriksa apakah semua klaim dan argumen yang diberikan bagi kemenangan itu tepat atau tidak. Mengapa? Karena mereka tak tahu bagaimana mengetahui kualitas suatu produk sastra, mengetahui kualitas argumen, mengetahui kualitas makna. Apa artinya? KERBAU DICOCOK HIDUNG BELAKA. Jika kita memiliki KETAHANAN SASTRA, berbagai KLAIM, berbagai POLITIK PENGANGKATAN yang tak tepat, siapapun yang melakukannya, TAK AKAN BERPENGARUH, TAK MUNGKIN BERPENGARUH." (Nuruddin Asyhadie)