Bulan depan, bertempat di Koperasi Mangunwati, Tasikmalaya, akan digelar peringatan “Satu Abad Mochammad Tauchid”. Pak Tauchid adalah mantan Ketua Majelis Luhur Taman Siswa, bekas sekretaris pribadi Ki Hadjar Dewantara, pendiri BTI (Barisan Tani Indonesia) dan GTI (Gerakan Tani Indonesia), dan merupakan salah satu tokoh PSI (Partai Sosialis Indonesia) yang terkemuka. Berikut adalah cuplikan makalah M. Dawam Rahardjo, “Mochammad Tauchid dan Filsafat Agraria Indonesia”, untuk diskusi mengenai pemikiran Pak Tauchid yang akan dihelat akhir bulan ini di Yogyakarta.
"Generasi penerus sosialis kerakyatan pasca PSI, dewasa ini mengelompok menjadi dua sayap. Sayap pertama, berpusat di Jakarta di bawah kepemimpinan Ir. Ibong Sjahroezah, MPA, lulusan ITB dan Universitas Harvard. Ia putra Djohan Sjahroezah, seorang tokoh sayap buruh dalam PSI. Kelompok ini mendirikan institut berbadan hukum koperasi dengan nama PIKIR, singkatan dari Pusat Inovasi dan Kemandirian Indonesia Raya. Kelompok ini lebih memperhatikan masalah perburuhan dalam perspektif koperasi dan masalah-masalah lingkungan hidup, yang disebut sebagai 'sosialisme terapan'.
Kelompok kedua, berpusat di Yogyakarta, di bawah Imam Yudotomo sebagai mentornya. Berbeda dengan kelompok Jakarta, kelompok ini lebih mmperhatikan gerakan tani yang juga berwawasan lingkungan hidup, sebagaimana perkembangan Sosialisme Demokrasi yang menambah misi Sosialisme dengan wawasan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Nampak di situ bahwa Imam Yudotomo meneruskan perjuangan bapaknya dalam konteks abad ke-21. Imam Yudotomo yang kini sudah berusia 74 tahun dengan segala keterbatasannya itu masih terus berjuang dalam wawasan sosialisme agraris atau Marhenisme."
(Tarli Nugroho)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar