Melintasi jalan-jalan besar Jogja, melihat rangka pembangunan mall-mall raksasa baru (dan hotel-hotel), terbayang dalam benak, bagaimana wajah kota ini 20-30 tahun ke depan? Jogja tampaknya tak lagi "alon-alon asal kelakon".
Dalam sebuah pasemon Jawa, ada ungkapan "Jemparing lepas semune tanpa gendhewa", artinya "Panah lepas agaknya tanpa busur". Ini suatu kritik yang pedas dari rakyat atas Sultan Hamengku Buwono III pada abad ke-18, yang kebijakannya tidak berdasarkan pada adat Jawa, tapi berkiblat kepada 'Barat'. Disebutkan, HB III mendukung sistem monopoli Belanda yang menyengsarakan rakyat. Agaknya pasemon itu relevan untuk menilai kiblat pembangunan Jogja hari ini.
(Muhammad Al-Fayyadl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar