Sutan Takdir Alisjahbana dan Tan Malaka sama-sama berbicara mengenai materialisme, namun keduanya berbeda dalam menguraikan apa itu "materialisme". Takdir menerjemahkan materialisme dalam kerangka-level pandangan hidup, dimana kita di Timur dianjurkan untuk lebih menghargai materi; sementara Tan Malaka menerjemahkannya sebagai "mode of production", yaitu bagaimana mengubah struktur dan relasi sosial ke arah kemajuan.
Jadi, pandangan Tan Malaka lebih bersifat historis-struktural, sementara pandangan Takdir soal materialisme lebih banyak kontroversial. Tan Malaka, sebagai seorang kiri, berusaha membumikan kritiknya terhadap mistisisme; sementara Takdir, karena dia sudah kadung meninggalkan kebudayaan ibunya, tak bisa menjejakkan kritiknya.
Sungguh, dua Minang yang berbeda.
(Tarli Nugroho)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar