Saya sudah membayangkan tadi akan menjadi gol yang indah. Ketika kiper melempar bola jauh ke depan membelah lapangan secara diagonal, ada sepersekian detik saya merem dan siap-siap melempar dua kaki ke udara dalam posisi condong ke kiri. Bola akan saya terima dengan kaki kanan, dan menembus gawang. Tendangan voli yang indah. Salah satu gol terbaik saya berkarier di lapangan futsal.
Tapi sepersekian detik juga saya salah perhitungan. Lemparan bola itu sedikit lebih tinggi dari kaki kanan saya. Tak terjangkau. Saya hampir jatuh dengan kaki kiri yang menjejak ke lapangan terlebih dulu. Hah. Mestinya tadi aku mundur sedikit. Fahri Salam berkomentar pendek, "kamu bisa cedera kalau kayak gitu, Nu." Hmm. Saya membatin, tidak sepakat dengannya. Bukan karena itu bukan tendangan berbahaya. Itu tendangan yang dulu ketika berlatih Taekwondo (saya pemegang sabuk biru lho *halah*) sering saya lakukan. Kalau anda suka Taekwondo, momen saya tadi mirip tendangan dolyo chagi.
Saya memang sedikit terobsesi dengan gol-gol aneh. Saya ingin bisa meniru beberapa gol yang dibikin Zlatan Ibrahimovic. Salah satu yang paling saya ingat ketika ia mencetak gol dengan mempraktikkan tendangan taekwondonya ketika Inter melawan Bologna. Kalau tidak salah tahun 2007. Zlatan juga taekwondoin. Tapi selain faktor terbiasa melakukan tendangan takwondo, gol-gol aneh itu seringkali lahir karena imajinasi. Seperti gol Danny Welbeck ke gawang Swedia di Euro 2012, atau gol Dennis Bergkamp ke gawang Newcastle.
Imajinasi yang liar, saya kira salah satu syarat dasar yang dibutuhkan pemain bola. Kemampuan membuka ruang, menempatkan diri, mengumpan, berlari, dsb, kadang tidak melulu perkara skill teknis. Itu yang saya yakini ketika bermain futsal. Saya tidak punya kecepatan, daya tahan fisik, apalagi skill. Cuma mengandalkan imajinasi. Itu membuat saya beruntung bisa bikin beberapa gol. Tapi sepertinya omongan Fahri bener. Perut saya agak ngilu setelah gerakan tadi. Duh.
(Wisnu Prasetya Utomo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar