Ketika sebagian orang Madura menuntut berdirinya provinsi tersendiri yang terpisah dari Provinsi Jawa Timur, orang-orang Madura yang tinggal di berbagai kota di Arab Saudi melangkah lebih jauh: menuntut berdirinya Republik Islam Madura yang mereka singkat “RIM”. Maka pada suatu pagi, berdatanganlah sekelompok orang Madura ke KBRI Riyadh di Jalan Ibn Shamil-Safarat untuk berdemonstrasi menuntut berdirinya negara Madura.
Mereka meletakkan paspor Republik Indonesia di trotoar di luar pagar KBRI sambil berteriak dan mengacung-acungkan aneka poster yang bertuliskan bermacam tuntutan yang sungguh serius untuk dilakukan orang-orang Madura. Polisi Arab Saudi yang berjaga di luar pagar KBRI agak kewalahan mengatasi mereka. Para polisi itu tahu, yang berdemonstrasi adalah orang-orang Madura, orang-orang yang banyak membantu Arab Saudi di musim haji dan umrah.
Komandan polisi karena itu memerintahkan pasukannya untuk berhati-hati menghadapi situasi pelik semacam itu. Salah penanganan, bisa-bisa seluruh Mekkah penuh tumpukan botol minuman mineral dan plastik karena tidak ada lagi orang-orang yang mengangkut atau mengumpulkannya. Bisnis mencium Hajar Aswad atau jasa tawaf pun bisa sepi.
“Ente tahu bro, kalau orang Madura protes dan berdoa, malaikat saja ketar-ketir. Bisa-bisa Mekkah dan Madinah jadi sepi tanpa mereka. Makanya ente harus hati-hati. Diawasi saja. Tak usah main kekerasan ya?!”
(Rusdi Mathari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar