Kamis, 29 Oktober 2015

Free Trade

Pro-kontra niaga bebas antar-negara mengemuka bersama globalisasi, kesadaran bhw satu negara tak bisa berdiri sendiri; bhw perlu ada kerjasama mengatasi problem bersama: kemiskinan, ketimpangan, dan kerusakan planet bumi. Kerjasama global itu penting. Tapi, apakah free-trade mewakili kerjasama yg bermartabat, fair dan ramah alam? Free-trade yg getol dipromosikan badan dunia spt WTO, Bank Dunia, IMF dan WEF (World Economic Forum) mengunggulkan peran perusahaan swasta multinasional besar, dg motif profit jangka pendeknya. Tak heran jika free-trade itu justru memperparah kemiskinan dan ketimpangan; menindas hak asasi; melemahkan demokrasi; serta merusak lingkungan kian parah. Melawan free-trade yg eksploitatif dan destruktif spt itu adalah kepentingan seluruh umat manusia. (Farid Gaban)

Robot

Artikel tentang WhatsApp di InfoKomputer[dot]com April lalu, menarik. Disebutkan di tulisan itu, pengguna WhatsApp di seluruh dunia sudah menembus angka 800 juta setiap bulan. Dan merujuk kepada artikel di Intisari[dot]com setahun sebelumnya, yang menyebut pengguna WhatsApp mencapai 430 juta, maka artikel di InfoKomputer mengkonfirmasi peningkatan pengguna WhatsApp di seluruh dunia hingga hampir 50 persen.

Kebaikan

"Yah, supaya aku bisa memperbaiki jalan ke rumah Akek, aku harus jadi apa?"

Gerakan Global

Tiga pekan lalu, 250.000 warga Jerman turun ke jalan memprotes Trans-Atlantic Trade and Investment Partnership (TTIP). Ini pakta sejenis dg Trans-Pacific Trade Partnership (TTP) yg Presiden Jokowi ingin Indonesia bergabung. Argumen penolakan tak sekadar bahwa tiap negara punya kepentingan berbeda. Ini meneruskan protes gerakan global anti-WTO (World Trade Organization). Pakta-pakta dagang spt itu dinilai terlalu kapitalistik, anti-demokrasi, menindas hak asasi manusia dan merusak lingkungan. Juga hanya menguntungkan big corporations, sambil mereduksi seluruh warga dunia hanya sekadar jadi konsumen. (Farid Gaban)

Masa Lalu

Di ruangan ini, setidaknya ada tiga orang yang mendominasi percakapan. Seorang laki-laki mungil, rapi, kelimis, dengan nada bicara yang cepat, lalu seorang perempuan berambut panjang, dengan kalung manik-manik yang memikat, dan suara yang, menurutku cukup berwibawa, serta laki-laki gempal, berkumis lebat, dengan rambut berombak sebahu, bersuara bariton. Sementara beberapa orang lain hanya sekali dua menyela. Sesekali menimpali. Sesekali bertanya. Dan lebih sering tertawa.

Rabu, 28 Oktober 2015

Pertunangan yang Membangun

CONSTRUCTIVE ENGAGEMENT. Saya ndak tahu terjemahan pas-nya. Ini konsep atau jargon dunia LSM. "Pertunangan yang membangun"?

Manfaat TPP bagi Indonesia

Oalah, Mas Farid. Mbok Presiden Joko Widodo dibantu membuatkan yang seperti ini.

Sini saya bantu. Manfaat TPP bagi Indonesia adalah:

Inkonstitusional

Hikmahanto Juwana, gurubesar hukum internasional dan moderator debat Jokowi-Prabowo tempo hari, mengatakan: "keterlibatan dalam Trans-Pacific Partnership akan memaksa Indonesia merevisi banyak undang-undang dan konsep kedaulatan negara spt tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar." Presiden Jokowi tidak tahu atau cuma ngikut kata Menteri Perdagangan Thomas Lembong? (Farid Gaban)

Blog

Bertahun lalu, seorang wartawan mengusulkan ke sebuah organisasi yang menaungi para wartawan, agar mengakui penulis blog sebagai wartawan jika memenuhi prinsip dan kaidah jurnalistik. Usulan tersebut ditolak. Beberapa tahun kemudian, ketika beberapa blog di luar negeri mulai mencuat sebagai media alternatif, dan para bloger diakui sebagai wartawan, barulah organisasi wartawan tersebut mengakui blog sebagai media massa, dan bloger sebagai bagian dari wartawan.

Kampungan

Kali pertama tahu Kelompok Kampungan dari Yogyakarta, saya baru kelas 5 atau kelas 6 SD. Saya mendapati kasetnya di kamar pak lik, kaset dengan sampul bergambar sekelompok anak muda gondrong bersarung [sebagian berpeci] dengan latar belakang beberapa peralatan gamelan, dan alat musik lainnya. Itu sekitar tahun 1978 atau 1979, dan saya segera saya menyukai lagu-lagu Kelompok Kampungan seperti halnya saya menyukai lagu-lagu dari Pancaran Sinar Petromax, Lemon Trees [Gombloh], Ebit G. Ade dan Nur Afni Oktavia.