Kamis, 12 November 2015

Father and Son

"When a father gives to his son, both laugh; when a son gives to his father, both cry."
—William Shakespeare

Membayangkan Jadi Orang Lain

Setiap bertemu seseorang, saya sering membayangkan menjadi orang tersebut. Dua hari lalu, dalam perjalanan menuju bandara Halim, saya naik angkot 02 menuju halte arion. Supirnya masih muda, dengan rambut belahan pinggir, tangan kanannya memegang setir dan tangan kirinya memegang beberapa lembar uang ribuan. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran seandainya saya menjadi supir tersebut, alangkah hebatnya menyetir dengan satu tangan.

Kemanusiaan

Kemanusiaan itu di atas nasionalisme. Nasionalisme bukan kemanusiaan atas dasar kesamaan KTP.

Black Swan

Mumpung sudah agak reda ribut-ributnya, mari kita gunakan perspektif black swan dalam melihat kasus dokter dan perusahaan obat. Kejadian itu memang ada, namun jangan gegabah menjadikannya sebagai dasar generalisasi. Saat melihat angsa berwarna hitam, jangan terperangah berlebihan, hingga kita lupa bahwa kebanyakan angsa lain yang kita lihat berwarna putih.

Crime of Crime

Salah satu indikator genosida yang sahih adalah membuat dikotomi hitam putih antara pembasmi dan yang harus dibasmi, antara pemusnah dan yang musti dimusnahkan. Suatu naluri hewan purba. Itulah sebabnya, para ahli menyebut genosida sebagai "crime of crime".


‪#‎politicide1965_66_and_aftermath‬

Bangsa Pemarah

Kesenian atau kuliner tradisional tak dilestarikan. Begitu dikembangkan negara lain, marah-marah.

Pascakolonialisme

Terlalu banyak orang yang mabuk dengan pascakolonialisme (Said). Apa-apa disebut sebagai orientalisme. Akhirnya sulit menempatkan sesuatu secara obyektif, sebab belum apa-apa fenomena ditangkap dengan radar tafsir curiga [kalau baru dengar, ini bukan istilah karangan saya ya, cek Ricoeur]. Belum apa-apa, kita memposisikan diri sebagai si timur menghadapi si barat. Belum apa-apa, kita menempatkan "mereka sebagai penjajah" dan "kita sebagai terjajah". Padahal, kondisi pascakolonial Indonesia sungguh tak biasa. Apakah kita akan tetap memaksa membaca dengan pisau pascakolonialisme sehubungan Nanggroe Aceh, Timor Leste, dan Papua? (Maulida Sri Handayani)

Rabu, 11 November 2015

Bolehkah Saya Sebut Namanya?

BOLEHKAH SAJA SEBUT NAMANJA?

Sidang hari keduwa IPT65 rebo sore hari ter-sendat2 mendengar kesaksian Ibu Tintin Rahaju (bukan nama sebenernja) jang dengan tabah tapi penuh linangan air mata dan suara parau berkisah tentang penjiksaan jang dialaminja. Rambutnja dibakar, dia digampar dengen sepeda, kepala ditempelengi, ditelandjangi dan ..... banjak lagi perletjehan sexual lain jang tak tega kutulis di sini. Dia dituduh melakuken gerilja pulitik.

Mengejek Belanda

HATI-HATI kalau mau mem-bully Belanda dengan isu pelanggaran HAM, hanya karena negaranya ketempatan sidang pengadilan rakyat tragedi '65.

Hatta Memorial Lecture

Diiringi gerimis, saya menikmati kuliah Pak Sartono mengenai Bung Hatta. Lengkap sudah koleksi Hatta Memorial Lecture, sejak Emil Salim, Sri-Edi Swasono, Mubyarto, Padmo Wahjono dan kini Sartono.