Amien Rais memang sering kontroversial. Namun apakah kontroversi bisa mendevaluasi peran seseorang?!
Lepas dari semua kontroversi yang pernah dilahirkannya, dan ketidaksetujuan banyak orang terhadap gagasan dan pernyataannya, namun Amien, dalam catatan saya, adalah orang yang selalu membayar kontan setiap gagasannya.
Dia tidak memiliki intensi menyatakan sesuatu untuk disukai publik. Meski pernyataannya akan membuatnya dihardik, atau dimaki oleh kebanyakan orang, itu sepertinya tak pernah bisa membuatnya urung mengutarakan isi kepalanya. Begitu juga, meski gagasannya mungkin akan membahayakannya, ia juga mungkin tak banyak ambil peduli.
Pendek kata, ia selalu membayar kontan apa yang dipikirkannya. Dibenci. Disukai. Ia membayar semuanya seketika.
Adakah tokoh lain yang berani mengambil risiko semacam itu?!
Ketika pada 9 Januari 1997 ia menulis kolom berjudul "Inkonstitusional" di Harian REPUBLIKA, ia menulis itu dengan mengambil risiko kehilangan banyak hal. Terbukti, ia kemudian memang "tergusur" dari posisinya sebagai Ketua Dewan Pakar ICMI, sebuah posisi intelektual dan politis yang strategis pada masa itu.
Begitu juga ketika dia mulai menulis soal pentingnya suksesi nasional sejak 1994, padahal dia sedang 'running' untuk kursi Ketua Umum PP Muhammadiyah. Sulit membayangkan pada masa itu orang bisa menjadi ketua ormas besar tanpa dukungan pemerintah. Tapi pernyataan-pernyataan publik Amien Rais tak mencoba berbaik-baik dengan penguasa. Tak tanggung-tanggung, yang dia sentil adalah posisi RI1 sendiri. Dan itu dilakukannya ketika ia masih menjadi intelektual publik, jauh sebelum ia menjadi politisi, yang membuatnya bisa dituduh hanya ingin memancing simpati publik saja.
Adakah dari kita yang berani mengambil risiko sejenis itu, mengeluarkan gagasan dengan ongkos yang dibayar kontan?
Ah, kalau nyali Anda hanya bisa menghardik seturut arus besar pendapat publik, dengan tanpa harus membayar apapun pula, sebaiknya Anda tak pernah mengecilkan Amien. Kalau cuma begitu, tukang sayur di kompleks saya juga bisa!
#repost #tulisanlama
(Tarli Nugroho)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar