Beberapa menteri kabinet saat ini tampaknya mulai rajin 'blusukan'. Ya, macam sidak (inspeksi mendadak) gitulah. Caranya, mereka tiba di suatu lokasi, diserbu warga setempat, minta foto bersama, trus ngobrol ala kadarnya. Tak perlu ngobrol yang 'berat-berat', itu kata mereka yang 'blusukan'. Cukup ngobrol yang 'ringan'ringan' saja, sekadar 'say hello', 'apa kabar', lalu 'goodbye'. Jangan harap bisa ngobrol apalagi titip aspirasi ke sang menteri di lokasi 'blusukan', soalnya pak menteri sudah terjadwal musti 'blusukan' ke lokasi berbeda. Walhasil, semua keluh-kesah plus aspirasi cuma ditampung saja.
Ngomong-ngomong, boleh saja kegiatan 'blusukan' disebut 'relaksasi' birokrat. Daripada sumpek di dalam ruang kantor terus, mending keluyuran bertajuk 'blusukan'. Kata ini begitu mujarab menyihir warga/pembaca/pemirsa, seolah-olah menteri 'blusukan' berarti dekat pada rakyat. Menyatu dengan rakyat. Ironinya, belum tentu ada dampak 'blusukan' pada perbaikan nasib rakyat pada hari berikutnya. Maka, kegiatan seperti itu layak pula disebut 'keluyuran' atau 'kelayapan'. Menteri 'blusukan' tak ubahnya menteri sedang 'kelayapan'.
Rakyat yang sudah terkesima menteri 'blusukan' tentu abai atawa maklum pada anggaran 'blusukan'. Apalagi jika 'blusukan' sudah dipotret rame-rame oleh mainstream media. Silakan saja kalau mau tiap hari 'blusukan', malah kalau perlu dijadwal oleh staf di kementerian, menteri hendak blusukan ke mana, walau sekadar pencitraan. Inilah repotnya jika kabinet didorong kejar-kejaran kerja. Bisa-bisa ukurannya, ya sering-sering 'blusukan' itu, biar dipandang rajin 'turun ke bawah' (turba). Kalau memang kegiatan 'blusukan' ini super penting, seyogyanya perlu juga dibentuk 'Kementerian Urusan Blusukan dan Pembangunan' disingkat 'KUBANGAN'.
Surabaya Book-Review
Tidak ada komentar:
Posting Komentar