Ketika awal dibentuk, Tim Reformasi Tata Kelola Migas lantang berteriak tentang keberadaan mafia migas di tubuh Petral. Tapi pelan-pelan pernyataannya kemudian bergeser, bahwa Petral adalah trading company yang dibutuhkan oleh Pertamina. Dan kenyataannya memang demikian. Anehnya, meski posisi Petral sebagai kepanjangan tangan Pertamina kemudian tak lagi diganggu gugat, posisi Petral sebagai badan pelaksana pengadaan BBM di dalam negeri kemudian dipindahkan ke ISC (Integrated Supply Chain), sebuah badan yang dibentuk oleh Ari Soemarmo sewaktu ia masih menjabat Dirut Pertamina.
ISC didirikan pada September 2008. Kelahirannya penuh kontroversi, karena mengambil alih kewenangan yang sebelumnya dipegang oleh Direktorat Pemasaran, Niaga dan Pengolahan Pertamina. Lebih ganjil lagi, badan ini langsung berada di bawah Dirut Pertamina, yang waktu itu dijabat Ari sendiri.
Ketik Ari digantikan oleh Karen Agustiawan, posisi ISC yang semula diplot sebagai badan pelaksana pengadaan BBM kemudian diubah Karen menjadi lembaga think tank pemasaran saja. Posisi badan pelaksana pengadaan BBM tetap dipegang oleh Petral.
Apa yang menarik dari semua itu?
Ketika Ari Soemarmo, kakak dari Menteri Rini M. Soemarmo, menjabat Dirut Petral, wakilnya dijabat oleh Daniel Purba. Lalu, setelah Ari naik menjadi Dirut Pertamina, ia menarik Daniel ke ISC. Tahukah Anda siapa Senior Vice President ISC waktu itu?! Tak lain adalah Sudirman Said, yang kini jadi Menteri ESDM, dan waktu itu juga menjabat sebagai corporate secretary Pertamina. Sudirman memegang jabatan itu selama tujuh bulan, sebelum kemudian dicopot oleh Karen.
Ketika Sudirman Said sebagai Menteri ESDM membentuk Tim Reformasi Tata Kelola Migas, yang dipimpin oleh Faisal Basri, Daniel Purba, yang bekas Wakil Direktur Petral itu, direkrut menjadi salah satu anggota tim tersebut. Dan persis setelah tim yang dipimpin Faisal itu memberikan rekomendasi akhir Desember lalu, agar posisi Petral dipreteli, Sudirman Said segera melantik Daniel Purba menjadi Senior Vice President ISC, jabatan yang dulu pernah diduduki Sudirman, dan posisi badan pelaksana pengadaan BBM pun dialihkan dari Petral ke ISC.
Jadi, apakah Tim Reformasi Tata Kelola Migas itu memang bekerja untuk memberantas mafia migas sebagaimana selama ini disebut, atau bermaksud memperbaiki tata kelola migas sesuai namanya?! Ataukah ia sekadar jadi "mak comblang" agar Sudirman Said dan Daniel Purba bisa reunian lagi, dan proyek lama Ari Soemarmo melalui ISC bisa kembali berfungsi?!
Lagi-lagi, ini cuma soal siapa yang pegang bisnis BBM. Itu sebabnya, setelah posisi Petral sebagai badan pelaksana pengadaan BBM berhasil dipreteli, hilang juga itu istilah "mafia migas".
Sejak 1998, yang disebut sebagai "reformasi" memang tak lain cuma berarti "penggantian dan/atau peremajaan aktor" saja. Sementara, lakonnya masih saja mengulang-ulang.
(Tarli Nugroho)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar