Bagian Nusantara yang paling menggentarkan adalah jalur darat trans Kalimantan dari Samarinda-Pontianak sepanjang total 2.025 km (setara Jakarta-Surabaya, balik lagi Jakarta-Solo).
Referensi saya adalah kisah dan catatan perjalanan Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa yang dilakukan Farid Gaban dan Ahmad Yunus, enam tahun silam. Meski mereka menyusuri rute sebaliknya: Pontianak-Samarinda.
Saat itu mereka masih melintasi jalan-jalan perkebunan kelapa sawit dengan kondisi belum seluruhnya beraspal, dan jarang penjual makanan atau bensin eceran di tepi jalan.
Tapi kini, Samarinda-Pontianak telah berselimut aspal dan tembus, kecuali di Tayan (Kalbar) karena jembatan yang belum jadi. Motor harus naik perahu kelotok.
Sepanjang 2.025 kilometer itu, mayoritas lanskapnya didominasi ladang dan perkebunan sawit, terutama di Kalimantan Tengah, antara Sampit sampai perbatasan Kalbar.
Satu-satunya lokasi di mana Anda bisa sedikit bernostalgia dengan sisa-sisa hutan hujan tropis Kalimantan yang legendaris adalah di daerah pegunungan, perbatasan antara Kalteng dan Kalbar (garis merah).
Selebihnya, sawit, ladang, sawit lagi, pernukiman, lalu sawit lagi.
Bayangan membawa bensin cadangan di jeriken atau bekal makanan, buyar melihat bagaimana industri perkebunan telah membuka akses Kalimantan demikian ramai.
Ramai?
Selain satu dua kendaraan pribadi atau anjing dan babi, jalan nasional ini praktis milik truk pengangkut buah sawit dan truk tanki minyak sawit.
Ekspedisi Indonesia Biru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar