Apakah ruang sosial/publik berarti ruang yang digunakan untuk tujuan-tujuan sosial/publik, atau sekadar ruang yang diisi oleh anggota masyarakat yang disebut khalayak?
Kamis, 12 November 2015
Typo
Typo adalah sesuatu yang dihindari sebisa mungkin oleh semua media, atau siapa saja yang memublikasikan tulisan. Apalagi kalau typo itu parah dan fatal, misalnya Detik.com pernah menulis judul begini: "Panitia Diminta Tambah Toket" dan "Pemotor Lepas Kontol di Semanggi." Typo bisa jadi sesuatu yang sangat memalukan. Tapi tidak bagi Ras Arab dari Ngonoo.com. Pria yang akrab disapa Baba ini, justru menjadikan salah ketik sebagai ciri khas atau trademark. Ia punya moto hebat: "Alien itu ada, dan typo adalah kunci." Typo justru menjadi senjata untuk mendekatkan tulisannya dengan pembaca, memancing reaksi. Lihat saja tulisa-tulisannya di Ngonoo atau tempat lain yang digawanginya, misalnya Jagongan.org atau blog pribadinya. Ketika beberapa waktu yang lalu Republika.co.id menulis berita typo yang mencolok, saya langsung teringat Mas Baba. Wah, Republika juga menggunakan typo sebagai senjata. Tentu saja ini kecurigaan, tapi kecurigaan saya sepertinya cukup beralasan karena Republika melakukannya dua kali berturut-turut dengan pola yang sama: sesuatu yang saru. Nuran Wibisono, wartawan Geotimes, juga punya kecurigaan yang sama. Untuk berita Motogp, Repubika menulis "Insiden Rossi-Marquez Di Sepong Diharapkan Tidak Terulang," lalu untuk berita tutupnya Disc Tarra, di bada laporan ditulisnya "Dick Tarra". Itu dua contoh yang saya temukan, yang kebetulan muncul di beranda Facebook saya. Saya tidak tahu apakah ada contoh typo mereka yang lain atau tidak. Republika tentu media yang berbeda dengan Ngonoo, dan penulis-penulis di Republika adalah wartawan-wartawan yang dilatih dengan etika jurnalistik yang ketat, bahkan ada pula redaktur yang tugasnya menyunting tulisan, bukan blogger bebas seperti Mas Baba. #RahimSunyi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar