Di tempat ini, Nurdin Juned (41) berusaha memutus ketergantungan para peternak dengan pakan buatan pabrik. Berbekal informasi dari berbagai sumber, termasuk internet, ia meracik pakan sapi dari 8-9 bahan yang selama ini dibuang atau kurang dimanfaatkan.
Bahan-bahan itu di antaranya kulit kakao (cokelat), tongkol jagung, potongan ubi, ampas kelapa, kedelai, dan garam.
"Di sini kulit kakao dibuang. Atau sehabis panen ubi, banyak potongan-potongan yang kecil yang dibuang begitu saja. Sekarang sudah ada harganya," terang Nurdin.
Usaha ini adalah bagian dari dukungan Beng Mawah kepada para peternak yang menjadi mitra bagi hasil usaha penggemukan sapi di Kemukiman Saree, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar.
"Kami jual ke peternak 2.200 rupiah per kilogram. Kalau ke orang luar bisa 2.700 per kilo. Satu sapi perlu lima kilogram pakan ini dalam sehari."
Menurut Nurdin, dengan pakan ini, ditambah pakan hijauan, pertambahan berat badan sapi bisa mencapai tiga kilogram per hari.
Selain pakan sapi, mereka juga membuka usaha penggilingan jagung untuk pakan ayam.
"Selama ini petani hanya menjual jagung mentah. Lalu membeli lagi bahan pakan ayam dari luar. Padahal kita bisa memprosesnya dulu."
Dari sekitar 185 anggota (nasabah) Beng Mawah, tak semuanya peternak dan petani. Ada juga pedagang dan mahasiswa yang membutuhkan pendanaan dengan sistem jual beli.
Seorang anggota yang memiliki usaha konveksi, misalnya, bila membutuhkan bahan baku, ia akan menghubungi Beng Mawah. Beng Mawah akan membeli bahan baku, lalu menjualnya kembali kepada anggota dengan harga baru untuk dicicil.
Di akhir tahun, semua sisa hasil usaha ini akan kembali kepada anggota.
Lalu apakah ada kredit macet?
"Ada," jawab Nurdin.
"Berapa kredit macet terbesar di sini?" tanya kami.
"Satu setengah juta rupiah," sahutnya.
"Small is beautiful", kata ekonom Inggris, EF Schumacher, mengkritik praktik kapitalisme dan globalisasi.
Ekspedisi Indonesia Biru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar