ZIARAH ke makam almarhum Helmi Azhari di Lhokseumawe. Ia salah satu dari 40 kontributor acehkita.com di masa Darurat Militer (2003-2005).
Pada suatu hari di tahun 2004, almarhum membakar kartu pers acehkita karena mendengar kabar ada pihak-pihak yang sedang mencari para kontributor media alternatif itu.
"Saya ketakutan karena sudah berkali-kali saya sembunyikan berpindah-pindah tempat, tapi masih tidak tenang," ceritanya suatu ketika.
Kami tertawa karena memahami situasinya. Saya pun akan melakukan hal yang sama bila hidup di Bireuen tahun-tahun itu.
Hampir semua kontributor acehkita (yang kadang tidak saling tahu) menggunakan nama samaran dan meliput dengan modal kartu pers di media masing-masing, seperti almarhum yang bekerja di harian Analisa (Medan).
Tapi sebagai media, acehkita mencantumkan alamat jelas dan nama para penanggung jawab redaksinya di Jakarta. Yang "underground" hanya para jurnalis di lapangan.
Orang-orang seperti Helmi ikut mewarnai perjalanan di Aceh hingga menjadi seperti hari ini, dengan semua rasa syukur dan kekecewaan.
Ia wafat di usia 42 tahun pada November 2013 karena penyakit.
Al Fatihah untukmu, Bang. Maaf baru bisa menjengukmu hari ini.
(Dandhy Dwi Laksono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar