Berada di sini, saya jadi tahu persis apa yang selama ini saya idamkan, yang sama sekali tak pernah saya jumpai atau dapatkan selama hidup di Yogya. Bukan dia yang tampilannya Eurosentris, dandanannya menor, atau bergaya aristokrat, yang saya cari.
Apakah ruang sosial/publik berarti ruang yang digunakan untuk tujuan-tujuan sosial/publik, atau sekadar ruang yang diisi oleh anggota masyarakat yang disebut khalayak?
Sabtu, 17 Oktober 2015
Melanesia
Oktober ini, Kota Kupang (Nusa Tenggara Timur) menggelar Festival Budaya Melanesia. Hampir bersamaan, 5 provinsi di Papua, Maluku dan Nusa Tenggara juga mendeklarasikan Persaudaraan Melanesia Indonesia. Ada semacam pasang naik kesadaran identitas Melanesia. Perhimpunan Bangsa Melanesia mencakup 5 provinsi Indonesia tadi plus 20 negeri kecil di Pasifik. Perhimpunan itu juga resmi mengakui organisasi Gerakan Papua Merdeka meski cuma sbg "pengamat". Apakah itu tidak menumbuhkan semangat separatisme? Tergantung Jakarta menanggapinya. Tumbuhnya kesadaran Melanesia itu harus dihargai. Itu penegasan sahih bahwa Indonesia timur memang berbeda dari saudara mereka di barat. Bahwa pembangunan sosial-budaya-ekonominya juga perlu pendekatan berbeda. [Argumen lengkap saya dalam Indonesia Bukan Cuma Freeport]. (Farid Gaban)
Jumat, 16 Oktober 2015
Aleppo
Besok sore kita akan tiba di Aleppo dik. Menyeduh kopi dan meminumnya di teras hotel yang tembok lobinya bolong-bolong sebab ledakan mortir. Aleppo kini memang bukan kota yang pernah dimimpikan Macbeth saat memanggil tukang nujum agar menobatkannya sebagai raja mengenakan baju satin. Bukan kota tempat kita pernah berbulan madu di Carlton Citade, dan bersarapan Safiha, roti yang diolesi zaitun dan has kambing.
Soft Power
Majalah Monocle beberapa bulan lalu membuat survai peta negeri adi daya (super power) dunia. Bukan dari aspek militer, tapi "brand" nasional yg mendunia lewat diplomasi/propaganda ekonomi-bisnis-budaya. Amerika lewat Hollywood dan Lembah Silikon-nya; Brazil lewat sepakbola jogo bonito; Korea dg K-Pop; Inggris dg radio BBC-nya; Tiongkok dg kun gfu; Jepang dg Doraemon; atau Belgia lewat Komik Tintin. Ketika banyak negeri mulai beralih ke soft-power, mau ke mana konsep bela negara ala Indonesia? (Farid Gaban)
Gile
Wah, apa bener ini kutipan dr Pak Mendagri Tjahjo Kumolo? "Bela negara tidak hanya mengajarkan kedisiplinan, tapi juga bagaimana menggunakan senjata" dan "harus berani menentukan sikap, siapa kawan, siapa lawan." (Farid Gaban)
Panduan dan Prinsip-prinsip Etika Peliputan Anak-anak
Pewartaan terhadap anak dan remaja memiliki tantangan khusus. Dalam beberapa kasus, tindakan peliputan terhadap anak-anak menempatkan mereka atau anak-anak yang beresiko menerima ganjaran atau penstigmaan.
Peristiwa dan Media Kita
Setiap ada peristiwa tertentu yang sedang hangat di linimasa media sosial, rutinitas yang saya lakukan adalah mengetik kata kunci kejadian tersebut di google. Saya penasaran seperti apa media-media online memberitakan sebuah peristiwa dengan cepat. Biasanya, jika melihat karakter kecenderungan media online di Indonesia, berita-berita di menit-menit awal pasca kejadian tidak akan banyak menunjukkan kebijakan redaksi sebuah media.
Hutan dan Pulau
Kebakaran hutan tak hanya menyengsarakan jutaan warga sekitar. Dia melepaskan gas karbon, sekaligus mengurangi tutupan pohon penyerap karbon. Artinya, cukup besar menyumbang pemanasan global, cairnya es di kutub dan naiknya permukaan air laut. Ribuan pulau kecil Indonesia terancam keberadaannya. Warga Ternate di Maluku (gambar bawah), yg jauh dari Sumatra, juga akan merasakan dampaknya. Betapa serius konsekuensi dari kebijakan publik yg gelap mata pada pertumbuhan ekonomi serya mengabaikan kelestarian alam.
Pertanyaan untuk Nun
Kemarin siang, pertanyaan pertama yang diajukan Maulida Sri Handayani ketika ketemu saya adalah, "Kang, 'Nun' teh beneran ada?"
Langganan:
Postingan (Atom)