Macam kapal oleng di tengah laut, diterpa badai pula. Itulah Sastra Indonesia kini. Hanya sebagian orang yang mempedulikan nasibnya. Kebanyakan sibuk berkarya, berkarya, berkarya, berkarya, dan berkarya tanpa sedikitpun membincangkan nasib Sastra Indonesia. Kalaupun ada, itu hanya membicarakan tentang karya-karya SAMPAH. Nasib memang absurd, tapi, itu bukanlah alasan kuat! Karena absurd itulah, ya, harus diperjelas!!!
Apakah ruang sosial/publik berarti ruang yang digunakan untuk tujuan-tujuan sosial/publik, atau sekadar ruang yang diisi oleh anggota masyarakat yang disebut khalayak?
Selasa, 29 Desember 2015
Sabtu, 19 Desember 2015
Jumat, 18 Desember 2015
Gojek
Efek keseringan ngumpul sama pelawak, 'gojek'-pun diperalat untuk mendongkrak rating politik. Ck ck ck. (Tarli Nugroho)
Seribu Hektare
Kemarin kawan-kawan jurnalis di Padang bercerita tentang proyek sawah seribu hektare di Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai. Mengulang kisah Proyek Lahan Gambut sejuta hektare di Kalimantan Tengah tahun 1996.
Kamis, 17 Desember 2015
Terpelajar
Golongan terpelajar yang telah kehilangan seni dalam mengungkapkan sarkasme, patut diduga mereka telah kehilangan keterpelajarannya. (Tarli Nugroho)
Freeport dan Papua
Dana otonomi khusus untuk Papua, yang besarnya 2 persen dari DAU nasional, hanya diberikan selama dua puluh tahun, dan akan berakhir pada 2021. Dalam dua puluh tahun itu pembangunan berbagai infrastruktur penting di Papua sebenarnya diharapkan sudah selesai.
Rabu, 16 Desember 2015
Kasihan
Kasihan Noorsy harus dipanel dengan para pengamat yang pandangannya sekadar mengulang berita-berita di koran. Ck ck ck. (Tarli Nugroho)
Private Jet yang Representatif
Percayalah, bila badan sudah lelah, manusia tidak butuh "private jet yang representatif".
Langganan:
Postingan (Atom)