Bagi saya dan Suparta Arz, papan "WANTED" seperti ini mengingatkan pada masa-masa konflik Aceh. Entahlah, apakah hal seperti ini benar-benar efektif menjaring informasi dari masyarakat atau justru menimbulkan keresahan baru.
Yang jelas, di Aceh, mereka yang fotonya pernah dipajang, setelah perundingan damai, kini menjadi pejabat publik. Dan mereka yang dulu mengejarnya, bisa jadi kini ikut mengawal sebagai bagian dari protokoler.
Dari wajah-wajah ini, saya kira ada saja yang mungkin sengaja dipajang agar ia bisa semakin jauh "masuk ke dalam", lalu ikut memainkan kartu tertentu. Dan bila tiba waktunya, "panen pun" dilakukan. Dar-der-dor.
Damailah tanah Poso. Kami numpang lewat. Terima kasih sudah memberi jalan yang damai. Jalan malam dari Tentena ke Poso aman sentosa.
Kecuali jaringan listrik yang tumbang dan memaksa kami mengambil jalan alternatif, melintasi kebun coklat, di dalam gelap, dan tersungkur.
(Dandhy Dwi Laksono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar