Tadi kami membuat survey kecil-kecilan di kuliah umum yang dihadiri seratusan mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo (UNG), ihwal sumber informasi dan pengetahuan.
Hanya 3 mahasiswa yang mengaku membaca buku sampai habis dalam 1 bulan terakhir. Dan 0 orang yang menonton dokumenter dalam sebulan terakhir.
Kalau standarnya diturunkan jadi tiga bulan terakhir, jumlah yang baca buku 5 orang, yang nonton dokumenter 7 orang.
Kalau diturunkan lagi jadi "dalam satu tahun terakhir" yang baca buku hanya 8 orang dan nonton dokumenter 10 orang.
Bahkan dalam konteks peringatan setengah abad tragedi kemanusiaan 1965, tak ada satu pun mahasiswa yang pernah menonton dokumenter "Jagal" atau "Senyap".
Karena ini mahasiswa Jurusan Komunikasi, saya tanya apakah ada yang sudah menonton "Di Balik Frekuensi". Jawabannya juga jujur: Belum.
Saya khawatir ini hanya protet kecil dari kondisi kampus-kampus di Indonesia pasca-reformasi. Sangat paradoks dengan makin murah dan mudahnya akses teknologi informasi.
Bila kita menganggap ada yang salah dengan fenomena ini, maka itu adalah kesalahan kolektif semua pihak.
Ekspedisi Indonesia Biru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar