Seorang bayi serigala telah lahir di Roma. Di sekian musim yang berat bagi AS Roma, kadang menyempil satu dua pertanyaan pahit dari para fans: Siapa penerus il capitano Roma? Totti sudah menua. Tahun depan diperkirakan dia akan menggantung sepatu. Tentu saja ban kapten akan dikenakan oleh De Rossi, yang sering berseloroh, "Saya adalah kapten pengganti seumur hidup."
Kapten bagi kesebelasan serigala adalah barang paling sakral. Ada sekian deret syarat informal yang harus dipenuhi untuk menjadi pemimpin lapangan para gladiator kota Roma. Publik Roma merasa belum menemukan figur yang pas. Hingga akhirnya muncul desas-desus usai De Rossi pensiun nanti, Pjanic yang akan menggantikannya. Tapi sesungguhnya hampir kebanyakan romanisti keberatan dengan itu. Pjanic memang hebat. Tapi dia bukan orang Italia. Dia tidak lahir dari akademi sepakbola AS Roma. Ini bukan soal rasialisme.
Hingga kemudian publik Italia dikejutkan oleh kemunculan anak muda bernama Florenzi. Awalnya pemuda ini tak begitu mendapatkan sorotan. Sebab publik Roma sudah biasa dengan 'gula-gula sepakbola'. Sudah terlalu sering muncul para pemain hebat dari rahim atmosfer mereka, namun gagal di soal kesetiaan. Pangeran Roma, pertama diuji karena kesetiaannya. Kepala mereka diletakkan di atas tanah kepada Totti dan De Rossi bukan karena semata kepiawaian mereka dalam permainan bola. Tapi kesetiaan. Berulang kali, bahkan dalam fase yang krisis, fase ketika semua orang punya alasan untuk hengkang, Totti dan De Rossi menampik tawaran hampir semua tim besar dunia, dari mulai MU, Mancity, Barca, dan Real Madrid. Pemain mana yang tidak bermimpi berlabuh ke empat kesebelasan tersebut?
Florenzi membetot perhatian publik Roma juga bukan semata karena ketrampilannya dalam menggocek bola. Memang dia punya sekian hal yang mengagumkan: cepat, tendangan kaki kanan dan kirinya sama-sama keras, bernafas panjang, ulet, bisa dimainkan di berbagai posisi, dll. Tapi romanisti menandainya dan mulai menaruh harapan kepadanya ketika dia menyarangkan gol ke gawang Cagliari, lalu berlari keluar lapangan, melompati pembatas, naik ke tribun penonton untuk memeluk neneknya.
Cinta keluarga adalah kunci penting untuk menjadi pemimpin di Roma. Mereka selalu mendoakan Totti karena tahu kapten gaek itu sangat mencintai keluarga dan anak-anaknya. Anda akan susah memahami situasi seperti itu kalau tidak benar-benar khatam menikmati God Father. "A man, who doesn't spend time with his family can never be a real man."
Dan tampaknya Florenzi juga punya tempat khusus di hati Totti. Berkali-kali, tanpa basa-basi, Totti memuji Florenzi di depan publik. Seperti memberi sinyal bahwa Florenzi punya kans untuk menjadi kapten AS Roma. Sebelumnya memang Totti pernah memberi isyarat bahwa tidak menutup kemungkinan Pjanic bisa pula menyandang ban kapten tersebut. Tapi sepertinya Totti sadar, selain bukan dia yang akan memilih, persoalan kapten di Roma lebih dari sekadar otak-atik prestasi belaka. Ada yang lebih gawat dari itu, yang hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang mencintai Roma.
Tapi tampaknya tanda itu usai disepakati ketika Florenzi membuat gol indah ke gawang Barca. Bukan gol itu pertandanya. Tapi justru karena pers Italia memuat bagaimana ekspresi ayah Florenzi yang terlihat 'seperti meninggal dunia', ketika menonton gol jarak jauh diciptakan oleh anak kesayangannya. Pers Italia seakan mau menunjukkan betapa Florenzi adalah anak dari sebuah keluarga yang luar biasa. Dia dicintai dan didukung oleh keluarganya. Dia mencintai keluarganya. Karena itu, dia layak menjadi Pangeran Roma.
(Puthut E.A.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar