Nih, lihat coba bagaimana berita foto tolol bin sontoloyo ini berupaya melegitimasi kekerasan polisi terhadap demonstran buruh. Fotonya jelas-jelas demostran tak bertindak provokatif, tapi polisi menembakkan gas air mata dan water canon. Eh, penekanan dalam keterangannya malah "Polisi terpaksa menembakkan gas air mata karena aksi sudah melewati batas waktu yang disepakati." Ada lagi yang lebih keterlaluan, foto brutalitas polisi yang merusak mobil komando buruh. Tapi keterangannya malah menyebutkan "Pembubaran tersebut merupakan prosedur tetap dari kepolisian yang telah diatur dalam undang-undang." Belum lagi judulnya yang seolah kegirangan dengan terpukul mundurnya demonstran dengan menggunakan kata "kocar-kacir".
Saya nggak tau kepuasan macam apa yang didapat jurnalis dan editor dengan menulis berita macam begini.. Saya benar-benar nggak ngerti.. Demonstran2 buruh itu juga kan nggak menzalimi jurnalis dan editor berita ini. Dendam kesumat apa sih yang ada dalam sanubari jurnalis dan editor yang hobi memojokkan buruh? Padahal toh mereka cari uang dari peristiwa macam begini. Barangkali mereka memang menikmati sensasi menyudutkan kaum yang sedang dizalimi.. Jadi, ketika saya sebut mereka ini tolol dan sontoloyo, itu pun sudah mulia buat mereka.
(Azhar Irfansyah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar