Takut pada pengaruh Tjut Njak Dien terhadap rakyat Aceh, Belanda membuangnya ke Sumedang. Ia wafat dan dimakamkan di sana.
Takut pada pengaruh Diponegoro di Jawa, pemerintah kolonial membuangnya ke Makassar hingga mangkat dan dikuburkan.
Takut pada pengaruh Soekarno, Gubernur Jenderal Hindia Belanda membuangnya ke Ende, dan nyaris mati karena malaria, sebelum akhirnya dipindahkan ke pengasingan baru di Bengkulu.
Takut pada pengaruh Hatta dan Sjahrir, gubermen membuangnya ke Boven Digul (Papua), dan lalu memindahkannya ke Banda Neira.
Hari ini, kita mendengar Kepolisian Republik Indonesia membubarkan paksa orang-orang yang berziarah ke makam tokoh Papua, Theys Hiyo Eluay. Tokoh yang dirangkul di era Presiden Gus Dur (2000), tapi dibunuh di era Presiden Megawati (2001).
Tapi Indonesia bukan Belanda. Kita "tidak" membuang atau mengasingkan orang. Kita membunuhnya.
Sekali lagi, kita bukan Belanda. Kita "tidak" takut pada orang hidup. Kita takut pada orang mati.
--Dandhy Dwi Laksono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar