Ketika terjadi "serangan" 911 empatbelas tahun silam, Amerika mengajak seluruh dunia menangis dan bersedih. Mereka yang tak bersedih adalah musuh. "You are either with us, or with terrorist." Begitu kata Presiden Bush.
Saya pernah mengunjungi museum 911 di New York. Museum itu memang nampak dirancang untuk mengabarkan kesedihan, mengajak pengunjung untuk tak melupakan tragedi tahun 2001 itu, selama-lamanya.
Dan memang saya bersedih saat berada di museum itu. Yang pertama, saya bersedih atas murahnya harga nyawa manusia. Orang-orang mati begitu saja karena kepentingan politik dalang peristiwa itu (entah dalangnya Bin Laden seperti dituduhkan Bush, atau Bush sendiri seperti dituduhkan oleh beberapa conspiracy theorists).
Tapi yang kedua, saya lebih bersedih lagi karena dunia dipaksa untuk dilihat hanya dari satu sudut pandang saja, seperti dimetaforakan dalam nubuat tentang Dajjal yang hanya "bermata satu." Sedih atau senangnya dunia dipaksa untuk dilihat dari sudut pandang kalangan tertentu saja. Tragedi atau bukan, tak ditentukan oleh APA kejadiannya, namun menimpa SIAPA kejadian itu, dan dilakukan oleh SIAPA.
Saya kuatir, dua kesedihan serupa itulah yang akan saya rasakan di hari-hari setelah tragedi Paris Jumat lalu. Jadi kalaupun (kalaupun lho ya) saya mengganti PP saya sebagai tanda berduka untuk Paris, yang saya maksud adalah kedua jenis duka itu.
(Abdul Gaffar Karim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar