Untuk menyerang gagasan “Islam bukan Arab”, Rizieq menggunakan jurus lama, menghajar titik yang paling kontroversial: penggantian assalamu ‘alaikum dengan selamat pagi, dan campuracuuun.
Rizieq tentu tak mau tahu bahwa poin utama Gus Dur bukan itu. Ia tak mau dengar pandangan Gus Dur tentang universalisme Islam yang shalihun li kulli zaman wa makan, yang relevan kapan saja di mana saja, yang terbuka terhadap akulturasi, yang mengakomodasi dan dapat diserap budaya setempat, dan tampil dalam ekspresi budaya yang beragam. Rizieq tidak menganggap hal-hal demikian bisa memperkaya peradaban Islam, melainkan justru merusak Islam.
Di sisi lain, Rizieq juga menganggap bahwa “Islam bukan Arab” itu sama artinya dengan anti budaya Arab. Logika Rizieq sederhana saja: jika Si A tidak sama dengan Si B, berarti A anti B; jika roti buaya bukan buaya, maka roti buaya itu anti buaya.
ASSALAAMU 'ALAIKUM!
(Arlian Buana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar