Minggu, 04 Oktober 2015

UU ITE

UU ITE harus segera direvisi. Tahun ini korbannya adalah Adlun di Ternate, Rocky di Bitung, atau Fadli di Gowa. Tahun 2014 lalu ada 44 orang seperti mereka yang dijerat dengan pasal karet yang sama.

Wartawan Idola

Kabut turun pelan. Dingin merambat pelan. Cahaya senja susut pelan. Gerimis turun. Walaupun hanya sebentar, semua terasa menyejukkan. Magrib sedikit basah.

Sabtu, 03 Oktober 2015

Tersesat

Kita ke Prigen, Rus. Mungkin ada baiknya aku melihat kabut turun di senja hari. Sambil membaca beberapa lembar buku, dan mencecap kopi Kapiten, kopi dari tanah Pasuruan.

#harikretek

Percakapan tiga laki-laki usai makan malam.

Laki-laki 1: “Aku naksir cewek Cak.”
Laki-laki 2: “Terus?”
Laki-laki 1: “Cewekku malah naksir laki-laki 3.”
Laki-laki 2: “Ya biarin saja.”

Kebijakan Impulsif

Rencana penurunan harga BBM merupakan langkah impulsif untuk menyelamatkan muka pemerintah di tengah buruknya kinerja mereka dalam satu tahun terakhir. Jangan lupa, bulan ini adalah bulan evaluasi satu tahun pemerintahan Jokowi.

Adlun Fiqri Gundul

Adlun Fiqri, pengunggah video dugaan praktik pungli polantas Ternate, mendapat penangguhan penahanan. Kiriman foto dari kawan-kawan jurnalis Ternate.

Kopi

Dinihari menyelinap pergi, tinggalkan secangkir kopi yang kedinginan. (Tarli Nugroho)

Jumat, 02 Oktober 2015

Latah

Pria tua itu bernama Pak Sukis. Aku menjumpainya di kantin sebuah instansi pemerintah di sebuah kabupaten di Jawa Timur pada suatu siang yang terik, lima hari silam. Pak Sukis dianggap lucu oleh para pegawai yang nongkrong di kantin itu sebab dia latah atau pura-pura latah. Setiap kali seseorang berseru dengan keras atau menepukkan telapak tangan dengan keras, maka Pak Sukis akan menyerukan sebuah kata: turuk. Itu adalah istilah dalam bahasa Jawa untuk menyebut pukas, kelamin perempuan.

Pada Adlun Kita Malu

Mari kita ganti posisi Adlun Fiqri dengan seorang jurnalis yang bekerja untuk sebuah stasiun TV atau media online. Atau seorang fotografer koran dan majalah.

LSE dan Ide Itu

Dulu Sumitro Djojohadikusumo menyebut FE-UI sebagai "Jakarta School of Economics (JSE)". Sebagai pentolan Partai Sosialis Indonesia (PSI), dia memang sangat terobsesi oleh London School of Economics (LSE), yang didirikan oleh Fabian Society, sebuah perkumpulan kaum sosialis di Inggris. Itu sebabnya dulu Sumitro menginginkan agar para muridnya, yaitu ekonom generasi Widjojo Nitisastro dan kawan-kawan, untuk belajar ke LSE. Sayangnya, sejarah mengalir tak sebagaimana yang dikehendakinya.