Bila istilah "Hari Santri" terdengar identitarian dan komunitarian, istilah "Hari Nyantri" mungkin lebih sugestif dan persuasif. Yang terakhir ini lebih mampu mengajak orang-orang untuk mengenal lebih akrab dunia pesantren beserta seluk-beluknya, juga pranata-pranata kulturalnya (kiai, kitab kuning, santri, madrasah, dll.) dan pertautan pesantren dengan sejarah negeri. Tanpa menggurui, tanpa digurui. Siapapun akan dapat "nyantri", tanpa harus menjadi "santri".
Apakah ruang sosial/publik berarti ruang yang digunakan untuk tujuan-tujuan sosial/publik, atau sekadar ruang yang diisi oleh anggota masyarakat yang disebut khalayak?
Selasa, 20 Oktober 2015
Kritik yang Membangun
Sejak Jokowi dilantik sebagai presiden, beberapa orang lantas kembali mengenalkan istilah “kritik yang membangun". Istilah yang dimaksudkan agar seseorang tidak hanya bisa mengkritik melainkan juga memberikan solusi atau jalan keluar. Mengkritik tapi tidak dengan sentimen apalagi kemudian merusak. Problemnya: adakah kritik yang membangun?
Izin Freeport
Nasib perpanjangan izin Freeport akan berpengaruh terhadap nasib rezim ini. Itulah kado pahit dari setahun pemerintahan Jokowi. (Tarli Nugroho) |
Senin, 19 Oktober 2015
Ahok Tegas Ngawur!
Jika anak-anak/remaja (<18th) bermasalah dengan hukum musti diperlakukan khusus sesuai dengan tindak kesalahannya. Kekhususan perlakuan terhadap tindak pidanan/kejahatan yg dilakukan oleh anak-anak sudah diatur oleh UU (mis. UU Peradilan Anak). Sanksi atau hukuman terhadap mereka harus melalui pengadilan dan vonis hakim. Pemerintah (eksekutif) tidak berwenang mencabut hak mereka (mis. hak untuk memperoleh beasiswa (KJP) tanpa melalui putusan hakim. (Harry Wibowo)
Hantu
Sewaktu menjabat jaksa agung, Hendarman Supandji pernah menyebut penanganan kasus BLBI mirip dengan orang yang masuk hutan yang dipenuhi hantu. Hendarman mengatakan hal itu hanya beberapa jam setelah orang-orang KPK menangkap Urip Tri Gunawan karena menerima uang suap US$ 660 ribu Minggu sore, 2 Maret 2008. Airmata Hendraman menitik saat menjelaskan semua itu.
Gara-gara Dilarang-larang
Selamat untuk polisi Salatiga. Majalah kampus yang kalau dibiarkan saja paling oplahnya hanya 500 eksemplar, tapi gara-gara dilarang-larang, kini malah dicari orang dan disebar secara online.
Salatiga Kota Merah
"Kami bukan generasi mbah. Itu yang harus dipahami. Kami hidup pada zaman di mana tirani telah tumbang, dan ketika kami menulis, tentara (mungkin) tidak menculik kami. Kami hidup digerogoti hedonisme dan perilaku konsumtif. Kami hidup dalam buta sejarah."
Privatisasi Kerakyatan
Sesudah "Kapitalisme Pancasila" dan "Neoliberalisme Kerakyatan", hari ini ketemu istilah baru lagi, "Privatisasi Berkerakyatan" dan "Privatisasi BUMN secara Konstitusional". Oalah...
Nasib Warga Papua
Yang tampak seakan-akan cuma Indonesia vs USA. Jangan lupa yang tak tampak: nasib warga Papua.
Langganan:
Postingan (Atom)