Sabtu, 31 Oktober 2015

Logika Bengkok Jokowi tentang Orang Rimba

Detik menurunkan berita yang berjudul "Jokowi Bangun Rumah untuk Suku Anak Dalam, Berharap Tak Hidup Nomaden" isinya presiden yang sedang menyambangi masyarakat Suku Anak Dalam di Jambi menawarkan rumah dan berharap masyarakat Suku Anak Dalam tidak lagi hidup nomaden atau berpindah-pindah.

Foto

FOTO bersama masyarakat adat emang keren untuk pencitraan, apalagi di zaman sosmed saat ini. Tapi Suku Anak Dalam berhak menentukan nasibnya sendiri, wajib dilindungi oleh negara (c.q. pemerintah) dari ekspansi industri sawit; berhak untuk hidup sebagaimana adat istiadat mereka, termasuk hidup nomaden.

Jumat, 30 Oktober 2015

Komisi Informasi Publik

SIAPA yang sudah mengajukan gugatan ke Komisi Informasi Publik?

Jokowi Taek!!!

Hanya tipe orang yang berpikir dengan dengkul yang punya keputusan macam ini. Ini pertama kali saya mau bilang: Jokowi Taek!!!

Celana Pendek

Penghinaan kpd bangsa Indonesia itu bukan ketika Sergey Brin, pendiri Google, memakai celana pendek di depan para CEO telekomunikasi Indonesia. Penghinaan itu ketika pemerintah memberi Google konsesi Project Loon, balon udara utk membawa akses internet ke daerah terpencil; sementara bertahun-tahun menolak mendukung inisiatif OpenBTS, cara murah memberikan akses internet, yg diajukan pegiat internet negeri sendiri. Jadi siapa sebenarnya yg menghina bangsa Indonesia? (Farid Gaban)

Perkebunan Sawit Tak Terlalu Terdampak Kabut Asap

Kawan-kawan Bank Indonesia memakai foto-foto Ekspedisi Indonesia Biru, dan kami diberi salinan hasil kajian "Dampak Kabut Asap Terhadap Perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah".

Tak Mudah Untuk...

Tak mudah untuk bisa disebut expatriat. Anda harus berkulit putih. Kalau tidak, Anda cuma bisa disebut imigran.

Sentarum

Telanjang

Menurut ekonom Joseph Stiglitz, satu pasal dlm pakta kerjasama Trans-Pacific adalah memberi hak investor asing utk menggugat pemerintah negeri anggota jika berani membuat regulasi yg merugikan sang investor. Jadi, alih-alih menutup/melarang, pemerintah justru hrs membayar ganti rugi, sebesar "expexted profits" yg hilang, jika tak ingin sebuah perusahaan membunuh manusia dan merusak alam. Phillip Morris bisa menuntut. Monsanto juga bisa. Investor sawit pembakar hutan idem ditto. Jika ikut ini, Pemerintahan Jokowi sedang menelanjangi diri; makin jauh melucuti perannya yg paling esensial: melindungi keamanan dan kesehatan warga negara serta melindungi lingkungan alamnya. Hidup, Nawacita! ‪#‎eh‬ (Farid Gaban)

Rasionalitas Doa

Saya percaya doa adalah wujud paripurna berserah diri seorang hamba pada tuhan yang ia percaya. Doa bukanlah alat todong, kita tidak sedang memaksa tuhan untuk mengabulkan permintaan kita. Pada banyak hal saya percaya doa seperti proposal, ia banyak diajukan, namun hanya sedikit yang dikabulkan.