Senin, 16 November 2015

Alexandra Herlina

DOKTER Alexandra Herlina sedang memeriksa kondisi salah satu peserta "long march" petani pegunungan Kendeng yang menolak ekspansi pabrik semen di Jawa Tengah.

Media Propaganda

Kata bang Alfa Gumilang dalam tulisannya di Pindai: "Di tengah ruang redaksi dari media besar yang kian meminggirkan suara buruh, pertarungannya nanti adalah bagaimana kalangan buruh melakukan pendidikan politik. Juga penyebaran kampanye atas isu dan masalah yang merugikan hak mereka lewat media internalnya. Sekaligus memanfaatkan media sosial dalam memperluas jangakuan isu lintas-sektoral dan lintas-kelas. Setidaknya isu mereka dapat terserap sebagai topik penting bagi kelompok pekerja rentan lainnya." (Wisnu Prasetyo Utomo)

122 Km

IBU DOKTER Alexandra Herlina dari Surabaya, bergabung dalam tim kesehatan yang mendukung petani Kendeng dalam aksi "long march" 122 km dari Pati ke Semarang.

Long March

Pagi ini ratusan petani pegunungan Kendeng (Jawa Tengah) dari Pati, Rembang, dan Grobogan melanjutkan jalan kaki sepanjang 122 km menuju Semarang, untuk menyaksikan penyampaian vonis gugatan warga kepada pemerintah di PTUN, terkait pemberian izin pembangunan pabrik semen.

Teater Politik

Dulu New York, kini Paris. Dulu Irak, kini Suriah. Begitulah teater politik modern. Pada mulanya selalu tragedi kemanusiaan, sesudahnya adalah perebutan sumber daya.

Membandingkan

Solidaritas, simpati, ataupun empati koq dibanding-bandingkan? Ya suka-suka yang solider dong... ‪#‎gituajakoqribet‬ (Harry Wibowo)

Minggu, 15 November 2015

Paris

Duduk sendiri di bangku kafe di Kaliandra, memandangi gemerlap kota Surabaya yang jauh, aku mengingat malam kita di Le 58 di Menara Eiffel di musim gugur, dik. Itu restoran termurah yang bisa aku jangkau untukmu. Isi dompetku tak cukup mengajakmu menikmati de la crème de pois penuh kaviar atau framboise, krim vanila di Jules Verne yang angkuh. Kita lalu hanya makan salmon asap dan daging bebek panggang, tapi kita benar di sana, di balik kaca restoran di ujung menara Eiffel.

Bersedih

Ketika terjadi "serangan" 911 empatbelas tahun silam, Amerika mengajak seluruh dunia menangis dan bersedih. Mereka yang tak bersedih adalah musuh. "You are either with us, or with terrorist." Begitu kata Presiden Bush.

Bintang Kejora

Ini Bintang Kejora. Bendera orang Papua yang muak dengan NKRI dan omong kosong nasionalisme. Waktu Jokowi memutuskan melanjutkan perampasan tanah di Papua (1.2 juta hektar untuk bikin sawah dan ijin baru 2.3 juta hektar untuk biofuel lewat sawit dan tebu), kalian ganti gambar diri gak? Trus waktu pembunuhan ekstrajudisial terus terjadi, kalian ganti gambar diri gak? Waktu angka kematian ibu dan anak di kelompok orang asli Papua meningkat, kalian ganti gambar diri gak?

Paris?

Paris? Trus kalo Papua gimana?