"Perbedaan Islam dengan kapitalisme djelas. Dengan memperhatikan keterangan2 jang berlalu didapatlah gambaran jang djelas tentang usaha jang didjalankan oleh Islam, dan tjara2 jang diandjurkannja untuk penentang kapitalisme jang ganas itu. Tindakan2 sebagai mengumpul harta kekajaan dan menahannja dari peredaran, menjuap, menimbun barang2 keperluan hidup, mengerdjakan riba, hidup rojal dan boros, egoisme, mempergunakan faktor kemiskinan atau kebodohan si miskin untuk kesenangan dan kebahagiaan si kaja, penindasan terhadap si miskin, sama sekali itu adalah anasir2 dan pokok2 kapitalisme jang paling njata, jang amat ditentang oleh Islam.
Apakah ruang sosial/publik berarti ruang yang digunakan untuk tujuan-tujuan sosial/publik, atau sekadar ruang yang diisi oleh anggota masyarakat yang disebut khalayak?
Jumat, 29 Mei 2015
Sepasang Sepatu dari Tuhan
Sepatu ini saya beli pada akhir 2011. Saya nggak yakin jenis kelaminnya apa, fungsi alias peruntukannya yang sesuai khittah untuk apa. Yang jelas saya merasa sepatu ini "gue banget", sehingga saya memakainya kapan saja dan di mana saja. Mulai aktivitas sehari-hari semacam nongkrong sama teman, ngurusi pekerjaan (ketemu penulis dan desainer, ke percetakan, juga ke distributor), jalan-jalan ke pantai sama anak-bojo, hingga ke kondangan dan acara-acara formal, saya pakai sepatu ajaib ini.
Selasa, 12 Mei 2015
Rezim KTP
Kini proyek e-KTP 6 Trilyun itu akhirnya gagal total, bahkan berindikasi korupsi. Kasus ini terang benderang menunjukkan bahwa korupsi bukanlah problem moral hazard perorangan, melainkan tertanam dalam-dalam dalam kedunguan di kepala, melestarikan fasisme Jepang.... (Harry Wibowo)
Rabu, 08 April 2015
Tuntutan Menurunkan Jokowi
Tuntutan menurunkan Jokowi yang santer hari-hari ini merupakan manuver berbahaya, karena bila tuntutan itu berhasil, akan memberi jalan bagi oligarki, kekuatan-kekuatan besar di sekelilingnya itu, untuk lebih kuat mengkonsolidasikan diri. Kita belum tahu agenda apa yang sedang mereka persiapkan. Lebih tepat jika tuntutan itu diarahkan menjadi tuntutan antioligarki dengan sasaran tiga kekuatan besar Megawati, Surya Paloh, dan Jusuf Kalla, dan tuntutan untuk "reshuffle" kabinet dan membatalkan berbagai kebijakan yang tidak pro-rakyat, serta membatalkan "masterplan" pembangunan neoliberal warisan rezim sebelumnya (MP3EI). Dengan cara itu mungkin kita bisa pelan-pelan terbebas dari pikiran bahwa semua persoalan akan selesai dengan pergantian pemimpin. (Muhammad Al-Fayyadl)
Senin, 06 April 2015
Mr. Amir Sjarifuddin
Entah mengapa, di hari saat umat Kristiani merayakan kebangkitan Jesus Kristus (Isa Almasih) ini, tiba-tiba saya terkenang Mr. Amir Sjarifuddin, salah seorang bapak pendiri Republik ini yang dieksekusi sumir oleh tentara, dini hari 19 Desember 1948 di desa Ngaliyan dekat Yogyakarta…
Selasa, 31 Maret 2015
Membungkam Kebebasan Berpendapat
Sekali saja pemerintah membungkam kebebasan berpendapat tanpa melalui proses peradilan dan putusan pengadilan, selangkah lagi pintu otoritarianisme menganga lebar! (Harry Wibowo)
Sabtu, 28 Maret 2015
Apakah Makian Adalah Hal Substansial?
Makian Saut Situmorang muncul karena Fatin Hamama, sebagai orang dekat Denny JA, melakukan kerja-kerja manipulatif untuk membangun relasi-kuasa Denny JA dalam 'genre puisi esei' yang diklaimnya 'memperbarui' tradisi sastra Indonesia, misalnya orang-orang dirayu dan diiming-imingi dibayar asalkan mau meresensi buku "33 Tokoh Sastra Paling Berpengaruh" yang diproduseri oleh Deny JA dan kawan-kawannya. Dalam konteks inilah makian muncul, selain fakta bahwa FH terus-menerus membela upaya manipulatif Denny di forum-forum diskusi yang membahas 'puisi esei' ataupun buku "33 Tokoh Sastra Paling Berpengaruh".
Jumat, 27 Maret 2015
Saut Situmorang
Semingguan bepergian, nggak ada internet setiap harinya, dapat wifi cuma pas malam (itu pun selalu sudah sangat kecapekan), bikin saya nggak banyak membaca postingan kawan-kawan selama sepekan terakhir. Sore ini pulang dan baru ngeh beneran dengan peristiwa penjemputan paksa atas Bang Saut Situmorang.
Andai Saut Situmorang Dipenjara
Andai Saut Situmorang dipenjara, hanya karena ulah kecilnya mengatakan “bajingan!” dalam polemik buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh, maka kita akan kehilangan seorang kritikus yang kreatif memainkan “politik performatif” dalam pergaulan sastra Indonesia kontemporer. “Politik performatif”, seperti dianalisis Judith Butler dalam Excitable Speech, adalah suatu politik yang mempermainkan bahasa untuk bereaksi atas perilaku orang lain, dan menjadikan bahasa suatu tindakan politik itu sendiri. Dalam hal ini, Saut melakukan apa yang tidak pernah dilakukan dalam praktik kritik sastra di Indonesia: meleburkan batas antara kritik sebagai “bahasa tinggi” – yang otoritasnya selama ini dijaga oleh para penunggu akademi sastra – dan sumpah-serapah “bahasa rendah”, antara bahasa teori dan bahasa percakapan, antara bahasa diskursif dan bahasa vulgar keseharian.
Pengadilan Sastra(wan)
Apa yang Anda ingat jika mendengar kata "puisi"? Chairil Anwar?! Amir Hamzah?! Rendra?! Sutardji Calzoum Bachri?! Sapardi Djoko Damono?! Goenawan Mohamad?! Ah, berarti Anda kuno sekali! Imajinasi puisi Anda sudah membeku. Dan itu artinya Anda hidup dalam mitos ghaib tentang puisi. Sebab, menurut seorang penulis dalam buku ini, "33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh" (2014), Anda juga harus mengingat Denny J.A. Kenapa? Karena Denny J.A. adalah salah satu dari 33 tokoh sastra Indonesia paling berpengaruh, yang pengaruhnya sejajar dengan Pramoedya Ananta Toer, Sutan Takdir Alisjahbana, Iwan Simatupang, Rendra, Ajip Rosidi, dan sejenisnya.
Langganan:
Postingan (Atom)