Alhamdulillah, puji Tuhan. Diskusi Sarwo Edhie dan Tragedi 1965 malam ini berjalan lancar dan damai. Kesimpulannya: kalau sampai rakyat Indonesia membiarkan Soeharto dan Sarwo Edhie sebagai pahlawan nasional, maka sesungguhnya yang tidak waras bukan keduanya. Melainkan kita. Karena membiarkan kebatilan merajalela.
Kejahatan Soeharto hanya bisa disejajarkan dengan Adolf Hitler. Sementara Sarwo Edhie dengan Adolf Eichmann. Atau bahkan bisa jadi lebih keji ketimbang keduanya. Hitler mempraktikkan kebiadabannya tidak dalam rentang waktu yang lama. Sementara Soeharto memparktikkan kebiadabannya dalam waktu yang lama dan berlapis-lapis. Eichmann mempraktikkan kebiadabannya dengan menyalahgunakan teknologi untuk menghabisi kaum Yahudi. Sementara Sarwo Edhi memakai tangan rakyat untuk membunuh rakyat lainnya yang dianggap sebagai eksponen Soekarno dan simpatisan PKI atau yang dituduh PKI. Contoh: Tetangga saya seorang perempuan, dan muslimah yang salehah. Masih hidup. Ketika di zaman '65, ia lehernya dikalungi celurit ketika ia sedang menyusui anaknya yang masih bayi dan dipaksa syahadat gara-gara suaminya menjadi buruh yang tak tahu menahu soal PKI. Atau karena alasan tidak suka dengam seseorang. Orang dengan seenaknya mem-PKI-kan atau meng-ateis-kan seseorang agar ada alasan untuk membunuhnya.
Semoga gusti Allah, memberi jalan dan membukakan pintu hati kita semua. Kita semua korban '65. Korban kebiadaban Soeharto dan Sarwo Edhie. Hal ini tak bisa diingkari oleh siapapun yang masih mendengarkan hati nuraninya (apalagi bagi kita yang masih percaya dengan spiritualisme Islam).
(Roy Murtadho)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar