Rabu, 12 November 2014

November 20 Tahun Lalu

Dua puluh tahun lalu, setiap pagi saya punya kebiasaan membaca tiga koran sembari menonton berita dan mendengarkan radio. Ha ha ha, ya, tentu saja itu pada mulanya kebiasaan untuk gaya-gayaan saja. Kebiasaan itu dipicu cerita provokatif seorang guru biologi saya. Entah bagaimana ceritanya, dalam sebuah kelas biologi tiba-tiba dia bercerita mengenai Subandrio. Ya, Subandrio. Ia bercerita, Subandrio itu orang hebat. Setiap pagi, sebelum ketemu Soekarno, ia membaca belasan koran sembari mendengarkan beberapa radio. Saya terkesan pada cerita itu. Tentu saja, cara bercerita guru saya juga memang memikat.

Minggu, 09 November 2014

Negara Blusukan

Benarkah negara hadir dalam blusukan? Ah, belum tentu. Negara itu abstrak, kongkretnya di figur aparat negara. Jika yang dimaksud adalah sang aparat senang kelayapan doyan keluyuran, lalu semata-mata dimaknai negara sedang hadir di sebuah lokasi blusukan, ini tentu berlebihan. Mengada-ada. Sebab, aparat juga manusia, tentu butuh relaks, jauh dari kepengapan ruang kantornya.

Jumat, 07 November 2014

Politik Kartu

Main kartu tentu menyenangkan. Bisa kartu remi, boleh kartu domino atawa kartu gaple sajalah. Semua kartu itu bisa membawa keasyikan. Sambil tertawa, kartu dibagikan. Tentu dikocok dulu, siapa dapat kartu apa. Begitu kartu sudah di tangan, pikiran segera berputar. Mencari cara memainkan kartu, meraup untung.

Kamis, 06 November 2014

Kisah Kemeja Warna Putih

Kemeja lengan panjang warna putih kini sedang naik daun. Menggantikan trend kemeja kotak-kotak. Nyaris selalu tampak beberapa menteri beraktivitas turba (turun ke bawah), pakai kemeja lengan panjang warna putih. Lengan digulung, kemeja tak dimasukkan ke dalam pantalon warna hitam. Kemeja putih ini menjadi penanda formal pengumuman kabinet JKW-JK pada 27 Oktober 2014. Hari berikutnya, kemeja ini menggusur trend pakai baju safari atau baju batik.

Lagi, Amien Rais

Amien Rais memang sering kontroversial. Namun apakah kontroversi bisa mendevaluasi peran seseorang?!

Rabu, 05 November 2014

Blusukan? Persetan Amat!

Beberapa menteri kabinet saat ini tampaknya mulai rajin 'blusukan'. Ya, macam sidak (inspeksi mendadak) gitulah. Caranya, mereka tiba di suatu lokasi, diserbu warga setempat, minta foto bersama, trus ngobrol ala kadarnya. Tak perlu ngobrol yang 'berat-berat', itu kata mereka yang 'blusukan'. Cukup ngobrol yang 'ringan'ringan' saja, sekadar 'say hello', 'apa kabar', lalu 'goodbye'. Jangan harap bisa ngobrol apalagi titip aspirasi ke sang menteri di lokasi 'blusukan', soalnya pak menteri sudah terjadwal musti 'blusukan' ke lokasi berbeda. Walhasil, semua keluh-kesah plus aspirasi cuma ditampung saja.

Salah Ukuran

Lama-lama kita ini semakin aneh. Kita mengukur kinerja seorang pejabat eksekutif dari pernyataan-pernyataannya. Semakin garang pernyataannya, semakin ia dianggap hebat. Meski tak jelas benar apa hal-hal mendasar yang sudah dieksekusi di belakang pernyataan-pernyataan garangnya. Sebaliknya, kita semakin apriori kepada anggota-anggota legislatif, yang dianggap sekadar pintar omong, dan tidak bekerja konkret. Padahal, mereka memang digaji untuk "ngoceh".

Minggu, 02 November 2014

Hujah dan Hujat

Hujah dan hujat berasal dari kata yang sama. Saya berpikir keras mengapa kamus kita menyempitkan makna ini menjadi caci-maki dan fitnah (KBBI, 2008: 510), meskipun di tempat lain hujah diartikan sebagai alasan, bukti dan dalil. [Ahmad Sahidah]

Jumat, 31 Oktober 2014

Hentikan Blusukan!

Hentikan blusukan! Penderitaan bangsa ini terlalu nyata! Kedekatan bukan dengan kedatangan, tetapi keberpihakan. [Ahmad Sahidah]