Selasa, 13 Oktober 2015

Kisah "Bela" dan "Beli"

Sejak Kepolisian dipisahkan dari ABRI dan langsung berada di bawah presiden, korps baju coklat ini terus melesat jadi anak emas, terutama untuk soal anggaran. Sebaliknya, zaman keemasan militer seperti mengalami senjakala.

Kepercayaan dan Ketidakpercayaan

Pagi tadi saya mencoba mengaduk-aduk seluruh isi lemari di kantor, siapa tahu menemukan 'barang-barang' berharga. Maksudnya apa lagi kalau bukan koleksi pustaka yang menarik untuk dibaca. Ternyata di sana ada banyak sekali buku yang tak pernah beredar di toko. Dan itu menjadi semacam surga kecil untuk saya.

(Masih) Bela Negara

Dalam konsep bela negara, lebih penting dan mendesak mendidik/menuntut kaum elit (pejabat, politisi, jenderal, profesor/doktor) utk menjaga kedaulatan negara ketimbang melatih 100 juta rakyat. Banyak ancaman kedaulatan negara muncul bukan dari serangan militer asing, tapi dari kebijakan publik dlm bidang ekonomi maupun sosial. (Farid Gaban)

Boikot

Memboikot produk perusahaan yg merusak lingkungan (termasuk pembakar hutan) itu penting dilakukan. Tapi, ada kelemahannya: yakni sangat tergantung pd kesadaran dan kemampuan individu sbg konsumen. Menurutku, yg lebih penting adalah menuntut negara/pemerintah utk membuat regulasi dan penegakan hukum ketat. Tuntutan ini mencerminkan bahwa kita bukan sekadar konsumen; tapi WARGA NEGARA. Boikot tanpa peduli kebijakan publik tidak akan efektif. Dlm konteks itu kita layak memprotes deregulasi (ekonomi), yg hampir secara otomatis membuka kelonggaran bagi perusahaan utk merusak alam dan membahayakan manusia. (Farid Gaban)

Bela Negara (Lagi)

Akhir Januari 2017. Dalam suatu pelatihan bela negara angkatan pertama di sebuah fasilitas Rindam, satu pleton warga sipil yang potongan badannya compang-camping dan wajahnya tak simetris, berdiri kaku dalam posisi tegak. Satu-satunya yang terlihat rapi adalah seragam dan potongan rambutnya yang cepak.

Chinook

Seperti sudah saya duga, Singapura mengerahkan helikopter Chinook utk membantu pemadaman kebakaran hutan Sumatra. Hanya itu yg efektif. Heli jenis itu pula yg pernah dipakai ketika tsunami Aceh, 2004. Jika tak mau menelan harga diri, sbg negeri maritim dan kepulauan, Indonesia layak punya helikopter jenis ini utk menghadapi bencana baik di darat maupun laut. Mahal? Tak perlu beli baru. Harga bekasnya Rp 50-an miliar. Itu cuma 1% dari APBD Kabupaten Bengkalis, Riau. [Disclosure: saya bukan broker pesawat bekas]. (Farid Gaban)

Lautku Sekolahku

Lautku, sekolahku. Anak-anak Natuna, Kepulauan Riau. (Foto-foto oleh Farid Gaban)

Nonton

Aku pulang tak lama setelah jam di dapur kawanku menunjuk pukul 7 malam. Setidaknya aku pulang dengan membawa satu janji dan kartu undangan.

Madrid

Aku menari malam ini di Plaza Corral de la Morería diiringi suara akordion yang dimainkan seorang lelaki tua. Arak-arakan di jalanan Alcalá telah usai. Orang-orang sudah mabuk di bar.

Senin, 12 Oktober 2015

Venesia Kecil

Desa Pulau Tiga, Natuna, Kepulauan Riau. Rumah kayu di atas air. Foto-Foto oleh Farid Gaban