Aku menari malam ini di Plaza Corral de la Morería diiringi suara akordion yang dimainkan seorang lelaki tua. Arak-arakan di jalanan Alcalá telah usai. Orang-orang sudah mabuk di bar.
Querer. Querer.
Dia bernyanyi di jalanan yang kosong tapi yang kudengar adalah suaramu, ketika kita menari di apartemen yang lusuh pada suatu pagi di Monaco, bermil-mil jauhnya dari Madrid yang sunyi. “Aku ingin menari tango bersamamu mas. Seharian. Sepanjang hidupku.”
Tanganmu memeluk pundakku. Tanganku melingkar di perutmu. Engkau mengajariku berayun ke kiri dan ke kanan. Matahari pagi yang menembus kaca jendela yang pecah, membuat bayangan tubuh kita di tembok bergerak seperti mozaik yang bersambungan.
Aku mendengar suaramu itu dik, malam ini di Plaza Corral de la Morería ketika lelaki tua yang memainkan akordion bernyanyi di jalanan Alcalá yang sepi. Dan sambil terus menari, aku mengingat sumpahku padamu di masjid tua di Andalusia. Berapa lama sebetulnya kita berpisah? Atau jantungku terlalu cepat berdetak?
(Rusdi Mathari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar