Apakah ruang sosial/publik berarti ruang yang digunakan untuk tujuan-tujuan sosial/publik, atau sekadar ruang yang diisi oleh anggota masyarakat yang disebut khalayak?
Sabtu, 17 Oktober 2015
Drone Bela Negara
Di samping rudal jarak jauh, perang masa depan akan lebih mengandalkan drone (pesawat tanpa awak). Pelatihan bela negara perlu disertai ketrampilan mengemudikan drone. Ya, nggak, Dandhy Dwi Laksono dan Suparta Arz? (Farid Gaban)
Pistol
Di panggung pertunjukan, jika ada sebuah pistol sudah terletak di atas meja lalu pistol itu tidak meledak, maka ganti saja pistol itu dengan rempeyek. Setidaknya aktor-aktor di atas panggung bisa memakannya.
PRAMUKA
Saya datang dr generasi yg suka piknik. Salah satu medium piknik adalah menjadi anggota pramuka (kepanduan/boy scout), satu jenis pendidikan luar-kelas/outdoor yg saya syukuri manfaatnya sampai kini. Di situ tak hanya diajarkan kedisiplinan, termasuk baris-berbaris, tapi juga pengenalan pada alam dan lingkungan sosial. Pada gunung, hutan dan sungai. Diajarkan ttg survival/bertahan hidup dlm kondisi alam yg sulit dan sumber daya seadanya. Itulah yg mengilhami perjalanan saya keliling Indonesia bersama Ahmad Yunus; menyelam di laut, mengunjungi pulau-pulau terpencil. Itulah pula yg makin membuat saya cinta Indonesia, kekayaan alam, keragaman manusia dan budayanya; dg segala kekurangannya. Nasionalisme? Bukan. Itu cuma kesenangan utk mengenal, mengeksplorasi dan memahami. Fun and adventurous. (Farid Gaban)
Konsumen Energi
Cina merupakan konsumen energi terbesar kedua sesudah Amerika. Jika Amerika mengkonsumsi sekitar 22,8 persen dari total konsumsi energi dunia, maka angka konsumsi Cina adalah sekitar 13,6 persen.
Miskin
Mereka mempunyai lebih banyak uang. Kata-kata dari Ernest Hemingway, sastrawan Amerika Serikat itulah yang kelihatannya mengilhami Jeffrey Sachs untuk mengimbau negara-negara kaya segera memenuhi janji mereka untuk membantu negara-negara miskin. Lima belas tahun yang lalu, melalui PBB, ekonom lulusan Universitas Harvard itu mengeluarkan “rencana praktis” untuk mewujudkan program PBB yang diberi nama “Tujuan Pembangunan Milenium” atau MDG’s.
Idaman, Dambaan, Rinduan(?)
Berada di sini, saya jadi tahu persis apa yang selama ini saya idamkan, yang sama sekali tak pernah saya jumpai atau dapatkan selama hidup di Yogya. Bukan dia yang tampilannya Eurosentris, dandanannya menor, atau bergaya aristokrat, yang saya cari.
Melanesia
Oktober ini, Kota Kupang (Nusa Tenggara Timur) menggelar Festival Budaya Melanesia. Hampir bersamaan, 5 provinsi di Papua, Maluku dan Nusa Tenggara juga mendeklarasikan Persaudaraan Melanesia Indonesia. Ada semacam pasang naik kesadaran identitas Melanesia. Perhimpunan Bangsa Melanesia mencakup 5 provinsi Indonesia tadi plus 20 negeri kecil di Pasifik. Perhimpunan itu juga resmi mengakui organisasi Gerakan Papua Merdeka meski cuma sbg "pengamat". Apakah itu tidak menumbuhkan semangat separatisme? Tergantung Jakarta menanggapinya. Tumbuhnya kesadaran Melanesia itu harus dihargai. Itu penegasan sahih bahwa Indonesia timur memang berbeda dari saudara mereka di barat. Bahwa pembangunan sosial-budaya-ekonominya juga perlu pendekatan berbeda. [Argumen lengkap saya dalam Indonesia Bukan Cuma Freeport]. (Farid Gaban)
Jumat, 16 Oktober 2015
Aleppo
Besok sore kita akan tiba di Aleppo dik. Menyeduh kopi dan meminumnya di teras hotel yang tembok lobinya bolong-bolong sebab ledakan mortir. Aleppo kini memang bukan kota yang pernah dimimpikan Macbeth saat memanggil tukang nujum agar menobatkannya sebagai raja mengenakan baju satin. Bukan kota tempat kita pernah berbulan madu di Carlton Citade, dan bersarapan Safiha, roti yang diolesi zaitun dan has kambing.
Soft Power
Majalah Monocle beberapa bulan lalu membuat survai peta negeri adi daya (super power) dunia. Bukan dari aspek militer, tapi "brand" nasional yg mendunia lewat diplomasi/propaganda ekonomi-bisnis-budaya. Amerika lewat Hollywood dan Lembah Silikon-nya; Brazil lewat sepakbola jogo bonito; Korea dg K-Pop; Inggris dg radio BBC-nya; Tiongkok dg kun gfu; Jepang dg Doraemon; atau Belgia lewat Komik Tintin. Ketika banyak negeri mulai beralih ke soft-power, mau ke mana konsep bela negara ala Indonesia? (Farid Gaban)
Langganan:
Postingan (Atom)