Waktu kecil, saudara-saudara sepupu dan teman-teman sepermainan memanggil saya Pak Raden. Saya tidak tahu alasannya. Mungkin karena badan saya gempal seperti figur Pak Raden dalam serial Si Unyil, mungkin juga karena alasan lain. Entahlah.
Apakah ruang sosial/publik berarti ruang yang digunakan untuk tujuan-tujuan sosial/publik, atau sekadar ruang yang diisi oleh anggota masyarakat yang disebut khalayak?
Sabtu, 31 Oktober 2015
Meminta Orang Rimba Hidup Menetap = Kekerasan Kultural
Dalam kunjungannya menemui perwakilan Orang Rimba di Jambi, Jokowi menginginkan agar hidup mereka tak lagi nomaden. Buat saya, ini adalah bentuk kekerasan kultural. Ini adalah sebuah sikap paradigmatik yang dilatari oleh mentalitas superior terhadap bangsa atau kelompok lain. Akibatnya, pemahaman jenis ini percaya bahwa cara menempuh hidup cuma ada satu, yakni cara hidup "kami", dan itu lebih baik dari cara hidup "kalian", dan sudah seharusnya "kalian hidup seperti kami".
Isu '65
Isu '65 yang gagal diusung menjadi bagian dari Ubud Writers & Readers Festival menyisakan pertanyaan kritis: Pihak panitia terlihat cengeng dan menjual 'eksotika' pelarangan tanpa perlawanan dan usaha yang jelas. Sebelum mendudah pelarangan itu sendiri, mestinya dibedah pola pikir pihak penyelenggara.
Istriku
Setelah mengantar Om Tan di rumahnya, dan Izon di kantor, aku menuju ke rumah dalam keadaan tubuh menggigil. Suasana sore dengan cahaya perak, tak mengubah apa-apa. Aku hampir terjatuh ketika hendak membuka pintu rumahku. Dan sosok perempuan itu, lagi-lagi menyelamatkanku. Istriku.
Reaksioner
Itu aksi transportasi ranmor plat item yang setiap hari bikin macet dan tambah macet jalanan Jakarta; yang kerugian ekonominya (mengkorup jam kerja, pemborosqn BBM, nambah polusi) mencapai lebih 40 trilyun perak/tahun (2010); yang kebisingan suaranya di atas 60dB; yang emisi polutannya bikin sesak napas para pesepeda, dst itu koq nggak dilokalisir, Hok? Asli dah, ente emang cuma mampu bikin kebijakan reaksioner selevel FPI, sejenis antek Rizieq. (Harry Wibowo)
Memojokkan Buruh
Nih, lihat coba bagaimana berita foto tolol bin sontoloyo ini berupaya melegitimasi kekerasan polisi terhadap demonstran buruh. Fotonya jelas-jelas demostran tak bertindak provokatif, tapi polisi menembakkan gas air mata dan water canon. Eh, penekanan dalam keterangannya malah "Polisi terpaksa menembakkan gas air mata karena aksi sudah melewati batas waktu yang disepakati." Ada lagi yang lebih keterlaluan, foto brutalitas polisi yang merusak mobil komando buruh. Tapi keterangannya malah menyebutkan "Pembubaran tersebut merupakan prosedur tetap dari kepolisian yang telah diatur dalam undang-undang." Belum lagi judulnya yang seolah kegirangan dengan terpukul mundurnya demonstran dengan menggunakan kata "kocar-kacir".
Logika Bengkok Jokowi tentang Orang Rimba
Detik menurunkan berita yang berjudul "Jokowi Bangun Rumah untuk Suku Anak Dalam, Berharap Tak Hidup Nomaden" isinya presiden yang sedang menyambangi masyarakat Suku Anak Dalam di Jambi menawarkan rumah dan berharap masyarakat Suku Anak Dalam tidak lagi hidup nomaden atau berpindah-pindah.
Foto
FOTO bersama masyarakat adat emang keren untuk pencitraan, apalagi di zaman sosmed saat ini. Tapi Suku Anak Dalam berhak menentukan nasibnya sendiri, wajib dilindungi oleh negara (c.q. pemerintah) dari ekspansi industri sawit; berhak untuk hidup sebagaimana adat istiadat mereka, termasuk hidup nomaden.
Jumat, 30 Oktober 2015
Jokowi Taek!!!
Hanya tipe orang yang berpikir dengan dengkul yang punya keputusan macam ini. Ini pertama kali saya mau bilang: Jokowi Taek!!!
Langganan:
Postingan (Atom)