Mengapa terbitan majalah mahasiswa seperti Lentera (3/2015) bisa hadir dari sebuah universitas kecil yang tidak masuk peringkat atas di tingkat nasional apalagi antar-bangsa? Lokasinya jauh lagi dari ibukota yang menjadi pusat dan kebebasan lalu-lintas informasi.
Mengapa tidak ada lebih banyak terbitan seperti itu dari mahasiswa ilmu sejarah atau politik lain dari ratusan universitas yang namanya jauh lebih kesohor? Terutama di kota-kota besar? Apa yang dibahas di ruang kuliah dan seminar mereka?
Adakah peluang dalam waktu dekat ke depan akan lebih maraknya gairah kaum muda di kampus untuk menyimak secara telilti sejarah bangsanya?
(Ariel Heryanto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar