Jumat, 13 November 2015

Kakorotan

Senja. Kapal perintis Sabuk Nusantara bersandar di Dermaga Pulau Kakorotan, Talaud, Sulawesi Utara. (Farid Gaban)

Nursyahbani Katjasungkana

Ketika sekelompok kecil orang menyebut Bu Nursyahbani Katjasungkana dengan "pengkhianat bangsa" atau cap-cap buruk lainnya karena kegigihannya mendorong pengungkapan kebenaran bagi korban 1965, bagi saya, beliau adalah potret seorang Muslimah progresif yang justru sedang menyumbangkan sesuatu untuk bangsa ini. Mengisi peran-peran kepeloporan yang lama ditinggalkan umat Islam terhadap persoalan kebangsaan. Melanjutkan yang dulu dilakukan Gus Dur, Cak Nur, dan para pemikir bangsa lain.

Nizami

Setiap gerimis selalu membuatku teringat pada Nizami. Penyair Persia itu pernah menulis, "Pada saat-saat sulit tetaplah punya pengharapan, sebab hujan sebening kristal pun berasal dari awan yang hitam."

Jokowi Heran Masyarakat Tak Antusias Sambut Pilkada?

Mungkin nganu Paklik, mungkin masyarakat masih terbawa gairah Pilpres tahun lalu itu lho, waktu Paklik nyapres "melawan" Prabowo, yang adalah cukong Paklik di Pilkada DKI 2012.

"Kita Juga Bisa Adili Belanda di Sini"

Saya suka Facebook karena banyak lelucon gratis bertebaran. Termasuk kutipan konyol pejabat tinggi RI ketika diwawancarai wartawan. Salah satunya ya ucapan seperti terkutip di atas, menanggapi sidang International People’s Tribunal 1965.

Kalau Tidak Bersalah, Mengapa Takut?

Kalimat itu kembali tampil dalam ingatan, gara-gara banyak pihak dan jurnalis televisi dan cetak di Indonesia melancarkan kecaman terhadap berlangsungnya sidang International People’s Tribunal 1965 di Den Haag.

Subuh


Subuh jatuh. Lubuk berlabuh. Mengaduh. PadaMu. #poesi
Posted by Tarli Nugroho on 12 November 2015

Diskusi Sarwo Edhie dan Tragedi '65

Alhamdulillah, puji Tuhan. Diskusi Sarwo Edhie dan Tragedi 1965 malam ini berjalan lancar dan damai. Kesimpulannya: kalau sampai rakyat Indonesia membiarkan Soeharto dan Sarwo Edhie sebagai pahlawan nasional, maka sesungguhnya yang tidak waras bukan keduanya. Melainkan kita. Karena membiarkan kebatilan merajalela.

Kamis, 12 November 2015

Nyemplung

Hari ini kali kedua saya nyemplung ke kolam renang setelah tahun 2011 hampir tenggelam di perairan Buton. Saya tidak tahu apa ini namanya trauma, tapi setelah peristiwa itu ada perasaan aneh ketika nyemplung ke air, selintas nggliyeng, dan badan seperti menolak diajak masuk kolam. Apalagi airnya asin kena air mata Eddward. Untung ada kak uyan Wibisono . Paling tidak hari ini saya belajar nyelem. Pelan-pelan, semoga segera bisa renang.

Sarwo Edhie

Nama Sarwo Edhie mencuat dalam perannya sebagai tangan kanan Soeharto dalam mengorganisir kekerasan 1965 di bulan-bulan menyusul Gestok. Mertua mantan presiden SBY ini, dalam pengakuannya menjelang meninggal, kabarnya sangat menyesali telah ikut menciduk ayahnya yang seorang pengikut komunis, dan sempat disumpahi sang ayah sebagai anak durhaka. Kekacauan 1965 telah membuat ayah dan anak menjadi musuh satu sama lain.