Eka Kurniawan "is the next Pramoedya"? Buat saya, belum. Untuk menjadi penulis yang roman-romannya seperti kita kenal, Pram terlibat dalam polemik dan kritik, buku-bukunya dirampas dan dilenyapkan, menggali arsip tanpa lelah, turba ke situs-situs bersejarah. Pram "ist ein Begriff", ujar seorang kritikus. Pram adalah "sebuah konsepsi". Dan untuk itu, ia meramu keterampilan menulis, kecakapan berkata-kata, dan keliaran berimajinasi---hal-hal yang juga dimiliki oleh Eka---dengan jatuh-bangun hidupnya sendiri, yang tragis dan politis.
Apakah ruang sosial/publik berarti ruang yang digunakan untuk tujuan-tujuan sosial/publik, atau sekadar ruang yang diisi oleh anggota masyarakat yang disebut khalayak?
Sabtu, 26 Maret 2016
Kamis, 24 Maret 2016
Senin, 21 Maret 2016
Pilkada DKI
Ahok atau bukan Ahok, terserah saja. Harapan saya semoga pilkada DKI membawa barakah buat penduduk Jakarta, baik yang ber-KTP DKI, maupun yang ber-KTP Jawa Barat atau Banten tapi berada di DKI minimal siang hari, ataupun yang ber-KTP tempat lain tapi berada di DKI sesekali dan sementara waktu.
Minggu, 20 Maret 2016
Belok Kiri
Belok Kiri bersama kawan Muhammad Ridha dan kawan Marlo Sitompul di bawah kolong Tol Penjaringan. Melawan kebijakan pemprov DKI Jakarta yang menggusur rakyat secara sewenang-wenang. Gubernur DKI Jakarta ini ternyata penyambung lidah korporat bukan penyambung lidah rakyat. Selanjutnya, mari kita tunggu juga agenda muluk-muluknya mereklamasi teluk Jakarta yang konon katanya untuk menyelamatkan lingkungan Jakarta. Namun, lucunya para ahli membuktikan sebaliknya.
Jumat, 18 Maret 2016
Belenggu Demokrasi
Kisruh Blok Masela yang berkepanjangan, kisah maju mundurnya proyek kereta cepat tempo hari, atau kontradiksi langkah pemerintah dalam menghadapi rencana divestasi PT Freeport Indonesia yang tak jelas ujung pangkalnya hingga hari ini, merupakan tiga contoh kasus besar bagaimana proses pengambilan kebijakan pemerintah yang tak efektif semakin kecil kaitannya dengan keberadaan partai politik. Jika kita cermati, konflik yang terjadi di tubuh kabinet, misalnya, juga terutama berasal dari atau terjadi antar-para menteri yang berasal dari luar partai politik.
Swasembada
Swasembada dan surplus semen, tapi impor beras. #SaminVsSemen
Dikirim oleh Dandhy Dwi Laksono pada 17 Maret 2016
Kartu
Apa gunanya pendidikan dan kesehatan gratis lewat Kartu Indonesia Pintar atau Kartu Indonesia Sehat, bila nyawa kita bisa melayang kapan saja, hanya karena sekelompok orang bersenjata yang merasa memegang "Kartu Indonesia Aman"?
Kamis, 17 Maret 2016
Izin
Izin investasi dipermudah, izin nonton film makin sulit.
Dikirim oleh Dandhy Dwi Laksono pada 17 Maret 2016
Calon Independen
"Calon independen" adalah istilah yang diciptakan media. Dalam undang-undang, sebutannya adalah "calon perseorangan", yang dibedakan dari calon yang diajukan oleh partai politik, atau calon yang diajukan oleh gabungan partai politik.
Rabu, 16 Maret 2016
Goethe Institut
Goethe Institut di Jakarta adalah contoh lembaga kebudayaan borjuis oportunis yang pengecut untuk ambil risiko atas program yang sudah disetujuinya sendiri untuk dilaksanakannya di tempatnya cumak kerna ada ancaman gangguan kaum Fascis. Mengalah kepada ancaman kaum Fascis adalah sama dengan melegitimasi keberadaan Fascisme itu sendiri! #sampah (Saut Situmorang)
Adu Tinju
Dia mungkin buta sejarah, tapi dia tidak bodoh soal bisnis. Dia tahu undangan acara itu adalah undangan adu tinju, makin rame makin baik, penonton bakal berdatangan dan media bakal ramai meliput karena (diharapkan) heboh. Maka buat saya dia tidak salah pasang tarif segitu. Tarif untuk meng-“entertain" (dengan segala kehebohan dan mungkin kekonyolan) seperti ekspektasi pihak pengundang. Saya lebih mempertanyakan pengundang, apakah ingin membuat acaranya makin bergengsi dan bermartabat dari tahun ke tahun? Bila ya, maka sebaiknya pilih para penulis yang memang benar-benar baik dan bukan cuma asal kontroversial demi mendatangkan penonton/liputan.
Selasa, 15 Maret 2016
Sabtu, 12 Maret 2016
Jumat, 11 Maret 2016
Kamis, 10 Maret 2016
Fitnah
Di samping isinya cumak Fitnah, status di bawah ini adalah contoh sebuah Kemunafikan dari segelintir Pseudo-Liberal di Jakarta yang bernaung di bawah bayang-bayang tua bangka Goenawan Mohamad.
Criminal Defamation
Delik pidana penghinaaan/pencemaran nama baik (criminal defamation) seperti yang ada dalam Bab XVI tentang Penghinaan (Pasal 310-321) KUHP atau Ps.27(3) UU ITE ini ajaib bin kocak. Ia mulur mungkret bisa digunakan siapa pun: penguasa, politisi, tokoh masyarakat, pesohor, LSM, ormas, komunitas warga, dsb. -- sering dengan tuduhan telah mencemarkan nama baik entitas apa pun, tidak terbatas pada subyek orang yang real. Ia juga digunakan oleh beberapa aktivis yang mendaku menentang delik-delik KUHP dan UU ITE tersebut. Rupanya politically correct cuma cocok untuk korek kuping.... (Harry Wibowo)
Selasa, 08 Maret 2016
Pencemaran Nama Baik
Apa pun juntrungan dan alasannya, yang mencengangkan, mengapa mempertahankan reputasi, menjaga kehormatan ataupun nama baik musti menggunakan delik pidana pencemaran nama baik?
Kamis, 03 Maret 2016
200 Milyar
Tapi yang dapat 200 Milyar Rupiah justru seorang pembalap mobil! #Jokowinomics #Indon #NegaraGagal
Dikirim oleh Saut Situmorang pada 3 Maret 2016
Rabu, 02 Maret 2016
Pleidoi
Pleidoi Seorang Goblok Yang Tersudut Lalu Berusaha Cuci Tangan #kaciandehlo
Dikirim oleh Saut Situmorang pada 1 Maret 2016
4 Oktober 1945
Jakarta, 4 Oktober 1945. Kabinet pertama RI berpose untuk pers asing di kediaman Presiden Soekarno di jalan Pegangsaan Timur No.56. Menteri Penerangan Amir Sjarifuddin yang baru dua hari keluar dari penjara Jepang mengenakan jas kedodoran, celana pendek, sambil merokok. Anjing kecil yang secara tak sengaja melintas menambah kesan pilu tentang Republik yang menentang Belanda dengan penuh semangat tapi bermodalkan dengkul (Foto: Alex/Frans Mendur untuk Merdeka), arsip Antara/koleksi YS
Selasa, 01 Maret 2016
Kembang
Posting status gambar kembang seperti ini lebih aman.... Sebab bisa menyembunyikan apa sesungguhnya yang kita baca. Tapi yang lebih penting, menyembunyikan buku sejarah apa yang TIDAK kita baca. #tereliye
Sok Pintar
Si Goblok Tapi Sok Pintar ini kembali memamerkan kedahsyatan kegoblokannya! Komunitas Kretek, Membunuh ID, Alfa Gumilang, Puthut Ea, Bilven Sandalista, Jibal Windiaz, Daru Supriyono, Nanda Pane, Roby Fuzi
Dikirim oleh Saut Situmorang pada 1 Maret 2016
Sastra, Hobi, Profesi
Begitulah yang akan terjadi dan terus akan terjadi kalok Sastra itu cumak dianggap Hobi bukan Profesi profesional dan menulis Karya Sastra cukup dengan bermodal Bakat Alam dan Hayalan doang #TereLiye (Saut Situmorang)
Kenapa Ada Angin?
"Kenapa ada angin?
Agar orang-orang tahu ada udara di sekitarnya."
Kenapa ada kentut?
Agar orang-orang tahu ada udara di sekitarnya."
Kenapa ada kentut?
Goblok
Orang Goblok macam di bawah ini (bukunya diterbitkan Gramedia!) mana tau kalok PKI adalah parpol pertama yang berani makek nama "Indonesia" di zaman penjajahan Belanda dan parpol pertama yang berani memberontak terhadap pemerintah kolonial Belanda tersebut! (Saut Situmorang)
*Paham
Saya mulai menulis di koran-koran sejak SMA, saat kuliah, masuk kampus perubahan, yang dipenuhi banyak aktivis kelas berat (baiklah, akan saya sebut saja, kuliah di UI), saya menemukan banyak pemikiran2 baru yang tidak pernah saya dengar sebelumnya. Juga buku2 yang tidak pernah saya baca sebelumnya.
Blunder Tere Liye
Indonesia itu merdeka, karena jasa-jasa tiada tara para pahlawan--yang sebagian besar diantara mereka adalah ulama-ulama besar, juga tokoh2 agama lain. Orang-orang religius, beragama.
Langganan:
Postingan (Atom)