Menyimak presentasi Esha Tegar Putra tentang Ketokohan dalam Kritik Sastra Indonesia, ada selipan cerita tentang surat Gus Mus (KH A Mustofa Bisri) kepada HB Jassin, menyusul polemik puitisasi Al-Qur'an oleh Jassin. Dalam surat itu tergambar kewibawaan Jassin, sampai ada kesan Gus Mus, yang saat itu baru memulai karier kepenyairan beliau, "menghiba" (demikian kesan Esha) kepada Jassin.
Mungkin Gus Mus memang terlalu tawadlu' kepada siapa saja. Tapi kisah itu memotret sisi lain betapa sekian lama sastra Indonesia dibelenggu oleh mitos-mitos ketokohan, yang menciptakan hubungan yang patronistik dan tidak egaliter antara sastrawan dan kritikus.
(Muhammad Al-Fayyadl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar