Seorang pesohor telah menyerukan di media sosial agar orang-orang berhenti meminta pemerintah menetapkan status “bencana nasional” untuk asap yang terus mengepul selama sekian bulan akibat hutan-hutan di Sumatera dan Kalimantan yang dibakar. Alasan dia, bencana berasal dari alam atau Tuhan, sementara hutan-hutan yang dibakar adalah akibat ulah manusia. Dengan demikian apabila ditetapkan sebagai “bencana nasional” maka perusahaan [pembakar hutan] tidak wajib menyelesaikan atau membayar ganti rugi, dan sebagainya. Dia karena itu mengusulkan kepada orang-orang agar menggunakan istilah “darurat sipil” untuk menyebut asap yang diakibatkan oleh hutan-hutan di Sumatera dan Kalimantan yang dibakar.
Apakah ruang sosial/publik berarti ruang yang digunakan untuk tujuan-tujuan sosial/publik, atau sekadar ruang yang diisi oleh anggota masyarakat yang disebut khalayak?
Selasa, 06 Oktober 2015
Mahasiswa Indonesia dan Kelahiran Orde Baru
"Banyak kajian yang mengupas tentang bagaimana proses kelahiran rezim Orde Baru. Mulai dari sistem ekonomi politik yang dibangun sampai proses konsolidasi kekuasaan jenderal-jenderal militer penyokong Soeharto. Yang sedikit dibahas, adalah mengenai peran pers, termasuk pers mahasiswa, dalam menyokong konsolidasi rezim di saat-saat krusial dalam proses perumusan ideologi dan visi pembangunan Orde Baru. Padahal, sebagai rezim yang menggunakan bahasa sebagai alat melanggengkan kekuasaan, pers adalah medium yang cukup vital."
Mathari
Umur laki-laki itu 83 tahun. Postur tubuhnya kecil. Bicaranya masih lancar dan bersemangat. Cenderung meletup-letup.
Keselamatan Manusia
Sebenarnya kalau sudah mengangkut keselamatan manusia, dan banyak pula, aku gak peduli statusnya bencana nasional kek, apaan kek. Yang jelas itu asap harus dimatikan segera. Urusan menghukum korporat jelas penting, tapi ya matikan asap dulu. Kalau kamu ketemu orang hampir mati sekarat karena ditusuk orang, kamu mau laporin yang nusuk dulu? Aku sih pilih bawa korban ke rumah sakit dulu. (Maulida Sri Handayani)
Hu
Ini lautanku dik. Aku tak bisa memanggil namamu di sini karena angin timur akan menerbangkannya ke mana-mana. Aku hanya memanggilmu “Hu” dan berharap engkau juga memanggilku “Hu.” Suara kita lalu bersahutan. Menunggangi ombak. Berayun-ayun di sisi sampan yang aku dayung. (Rusdi Mathari)
Bencana Asap
Apa yang bisa kita lakukan dua bulan hidup dikepung asap tebal mencekik paru-paru? (Farid Gaban)
Surat Terbuka Mahasiswa Bodong
Yang kemarin ramai menertawakan mahasiswa yang berasal dari kampus abal-abal, ada baiknya membaca surat terbuka yang dimuat Majalah Tempo minggu ini. —
Senin, 05 Oktober 2015
Minggu, 04 Oktober 2015
Senjakala Limboto
Satu lagi danau yang kami singgahi dan terancam "punah". Sebelumnya melihat danau (Ranu) Pani di Lumajang (Jatim) yang mengalami pendangkalan dan Galela (Halmahera) yang diserang eceng gondok.
Eiffel Van Bitung
Setelah melintasi "Menara Keagungan Limboto" di Gorontalo yang desainnya mirip menara Eiffel di Paris, kami melihat menara serupa diambil sebagai ikon ruang publik kota Bitung (Sulawesi Utara). Tingginya 30 meter dan diletakkan di jantung kota.
Langganan:
Postingan (Atom)