Tampilkan postingan dengan label Arlian Buana. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Arlian Buana. Tampilkan semua postingan

Minggu, 06 Desember 2015

Kiri

Buku-buku Kiri diterbitkan untuk dibaca luas dan dipelajari, untuk memajukan peradaban manusia, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan untuk dilarang negara. (Arlian Buana)

Sabtu, 05 Desember 2015

Ruhut Poltak Sitompul

Fakta terpenting dari MKD yang sekali lagi harus kalian awam camkan: Yang raja minyak itu MR, bukan Ruhut Poltak Sitompul. Jangan salah-salah lagi, susah kita. Kalau tidak salah ada feasibility study, coba ditinjau lagi. Kalau tidak salah Poltak itu pengacara, aktor, politisi. Karena Pak Ruhut gak terlalu gini juga. Kita happy-happy semua, Pak. Kalau Bapak happy, kita semua juga happy. Benar. (Arlian Buana)

Jumat, 27 November 2015

Islam Bukan Arab

Untuk menyerang gagasan “Islam bukan Arab”, Rizieq menggunakan jurus lama, menghajar titik yang paling kontroversial: penggantian assalamu ‘alaikum dengan selamat pagi, dan campuracuuun.

Dedi Mulyadi

Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, dituduh Habib Rizieq kawin sama Nyi Roro Kidul. Absurd bener.

Kamis, 26 November 2015

Salin-Tempel

Tulisan Cak Rusdi tentang Freeport ini dikopipaste banyak orang tanpa menyebut nama penulis dan sumbernya. Eh, salah satu tulisan catutan itu malah di-share duaribuan kali. Yaa Robb...

Rabu, 25 November 2015

Mahasiswa

Mari kita tengok kantong-kantong kreatif untuk penciptaan segala sesuatu yang berhubungan dengan internet di Indonesia, adakah yang muncul dari organisasi-organisasi mahasiswa tradisional? Mengingat kader dan simpatisan mereka yang lintas disiplin, tentu mudah saja untuk bergerak di sana, asal ada kemauan dan kemampuan organisasional. Tapi sayangnya tidak. Pembangunan startup, minim. Pembuatan aplikasi, nyaris nihil.

Pilsapat

Sebagian orang yakin bahwa setiap manusia dilahirkan unyu, sampai orangtua dan lingkungan sekitar mengubahnya menjadi tidak unyu lagi. Sebaliknya, lebih banyak pihak yang meyakini bahwa manusia secara alamiah saling memakan. Jangankan lawan, kawan pun bisa dimakan. Perkara ini sampai sekarang masih jadi perdebatan tak kunjung henti, karena belum ditemukan mana yang lebih benar atau mendekati benar. Keyakinan pertama bukan hanya berisi keyakinan, melainkan juga diisi dengan perjuangan (untuk mewujudkan), sementara keyakinan kedua dipandang agak miring tapi seringkali terbukti lebih tepat menggambarkan apa yang terjadi di berbagai belahan bumi ini. Sebab manusia tak ubahnya binatang yang punya insting mempertahankan diri, dan pada gilirannya setiap manusia akan mendahulukan kepentingan dirinya sendiri di atas kepentingan orang lain atau apapun yang dianggap ideal (bahkan tukang bom bunuh diri, yang katanya memperjuangan sesuatu itu, punya mimpi dapat hadiah puluhan bidadari di surga). Dan Tragedi Paris, sekali lagi membuktikan kedigdayaan teori kedua, bahwa setiap manusia pada dasarnya taek semua. Gak ada unyu-unyunya lagi. Baiklah, agar lebih fokus, obrolan ini akan kita mulai dari sini, dari negeri ini, bukan di Perancis yang jauh. Mari tamasya sejenak menyinggahi lagi satu per satu status-status yang diposting beberapa hari setelah penyerangan di Paris terjadi. Di sana-sini kita bisa melihat perdebatan sangat penting soal profil picture, tentu setiap pernyataan atau aksi mewakili kepentingan masing-masing pendebat: ada yang kepentingannya pokoknya-si-anu-salah, ada yang caper (salah satunya saya), ada yang mendesakkan indoktrinasi, ada yang jualan, macam-macam. Oh, tentu saja ada manusia-manusia lembut hatinya yang melakukan apa saja karena didorong keinginan melakukan kebaikan-kebaikan, baik kecil maupun besar, dengan atau tanpa pamrih. Tapi jelas bahwa jumlah mereka yang berpamrih jauh lebih banyak. Sekarang mari kita vakansi ke negeri-negeri yang jauh. Coba sebutkan satu saja reaksi--yang banyak diberitakan--atas tragedi Paris yang tanpa pamrih. Reaksi Rusia, Amerika, atau Turki, tentu saja berdasarkan, kalo kata naq HI, national interests. Deklarasi rang-orang Islam pada umumnya dan Islam Eropa pada khususnya bahwa terorisme tak punya agama, kamu pikir untuk perdamaian dunia? Iya, sih, bisa jadi, tapi itu kan kepentingan ke sekian, yang nomorsatu ya kepentingan diri sendiri: biar ke mana-mana nggak ditatap curiga. Begitulah manusia yang chubanget, termasuk saya yang kok bisa-bisanya mikir gini. Saya bisa mikir ke mana-mana yang sudah jauh dari pemikiran tentang korban, saya bisa bereaksi aneh-aneh yang udah gak ada hubungannya sama tragedi yang terjadi, saya bisa ngapa-ngapain aja sesuai kepentingan saya setelah ada orang mati, saya bahkan bisa tertawa di atas tangisan orang-orang. Semuanya lucu sampai tragedi itu menimpa orang-orang yang saya sayangi. Semuanya adalah bahan tertawaan sampai giliran saya yang jadi korban. Perdamaian dunia, eh, Kongres HMI apa kabar? (Arlian Buana)

Kamis, 12 November 2015

Typo

Typo adalah sesuatu yang dihindari sebisa mungkin oleh semua media, atau siapa saja yang memublikasikan tulisan. Apalagi kalau typo itu parah dan fatal, misalnya Detik.com pernah menulis judul begini: "Panitia Diminta Tambah Toket" dan "Pemotor Lepas Kontol di Semanggi." Typo bisa jadi sesuatu yang sangat memalukan. Tapi tidak bagi Ras Arab dari Ngonoo.com. Pria yang akrab disapa Baba ini, justru menjadikan salah ketik sebagai ciri khas atau trademark. Ia punya moto hebat: "Alien itu ada, dan typo adalah kunci." Typo justru menjadi senjata untuk mendekatkan tulisannya dengan pembaca, memancing reaksi. Lihat saja tulisa-tulisannya di Ngonoo atau tempat lain yang digawanginya, misalnya Jagongan.org atau blog pribadinya. Ketika beberapa waktu yang lalu Republika.co.id menulis berita typo yang mencolok, saya langsung teringat Mas Baba. Wah, Republika juga menggunakan typo sebagai senjata. Tentu saja ini kecurigaan, tapi kecurigaan saya sepertinya cukup beralasan karena Republika melakukannya dua kali berturut-turut dengan pola yang sama: sesuatu yang saru. Nuran Wibisono, wartawan Geotimes, juga punya kecurigaan yang sama. Untuk berita Motogp, Repubika menulis "Insiden Rossi-Marquez Di Sepong Diharapkan Tidak Terulang," lalu untuk berita tutupnya Disc Tarra, di bada laporan ditulisnya "Dick Tarra". Itu dua contoh yang saya temukan, yang kebetulan muncul di beranda Facebook saya. Saya tidak tahu apakah ada contoh typo mereka yang lain atau tidak. Republika tentu media yang berbeda dengan Ngonoo, dan penulis-penulis di Republika adalah wartawan-wartawan yang dilatih dengan etika jurnalistik yang ketat, bahkan ada pula redaktur yang tugasnya menyunting tulisan, bukan blogger bebas seperti Mas Baba. ‪#‎RahimSunyi‬