Senin, 02 November 2015

Kuasa Diri

Sibuk sekali selama ini memikirkan perkara yang tidak dalam kuasa diri, sedangkan hal yang harus disiapkan malah luput.

Cara Berpikir Kolonial

Hal yang paling berbahaya dari seorang pejabat yang berpikir normatif dan teknokratis seperti Jokowi adalah selubung niatan baiknya yang menutupi perusakan-perusakan yang dilakukan. Mau membangunkan rumah untuk Suku Anak Dalam, tapi tidak mau melihat berapa banyak orang yang tergusur dari rumahnya oleh kebijakan-kebijakan pemerintah dan korporasi.

Carok

Dua pekan lalu, tiga anak muda diberitakan terlibat carok di Sumenep, Madura. Dua lawan satu. Mereka saling menyabetkan clurit gara-gara orang tua dari salah satu mereka dikabarkan berselingkuh dengan istri lawan caroknya. Carok tak terhindarkan tapi beruntung ketiganya tidak mati. Saya yang membaca berita itu segera menjadi jeri, teringat kejadian carok yang nyaris saya saksikan di kampung saya.

Golkar Bersatu

Golkar bersatu. Menjepit Jokowi dari dalam dan luar kabinet, dari eksekutif dan legislatif. #uhuk (Farid Gaban)

Gigolo

Arisan berhadiah brondong atau laki-laki muda ternyata bukan gosip. Seorang perempuan setengah baya yang mengaku aktif ikut arisan di kalangan ibu-ibu jetset, mengkonfirmasi kebenaran adanya arisan brondong itu di acara “Curahan Hati Perempuan” Trans TV pagi tadi. Mereka, para brondong itu diperebutkan oleh para istri yang kesepian, ibu-ibu yang butuh pengakuan sosial, para perempuan yang bingung membuang uang mereka. Teknisnya bermacam-macam.

Bola

Peluit panjang itu telah dibunyikan. Kalah, dan tak ada duel ulang.

Golkar

Kadar kegolkaran Pemerintahan Jokowi bakal meningkat. Dari awal, nuansa Golkar sebenarnya sudah ada meski tidak formal, yakni lewat kehadiran Jusuf Kalla (Wakil Presiden) dan Luhut Panjaitan (Kepala Staf Kepresidenan/Menko Polkam). Kini, aroma Golkar bakal makin kuat setelah secara formal bergabung. Kalla, Luhut, Aburizal Bakrie, dan Agung Laksono mengepung Jokowi. (Farid Gaban)

Kerusakan (Fasad) Menurut Al-Qur'an

Bersama kiai muda progresif dari ujung timur Madura (Sumenep), Gus Sholahuddin Pangapora, ketika mengurai makna kerusakan (الفساد) menurut Al-Qur'an, dalam seminar kedaulatan agraria & SDA.

Foto Settingan

Kritik di media sosial pada kebijakan Presiden Joko Widodo yang hendak merumahkan suku Anak Dalam atau Orang Rimba --agar meninggalkan hidup nomaden-- sampai beberapa hari masih enak diikuti.

Masyarakat Adat

PASÇA Putusan MK No.35/2013 menjadi tonggak bagi pengakuan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat. Namun begitu banyaknya peraturan di tingkat pemerintahan, baik pusat maupun daerah, tampaknya memerlukan pengujian terpadu terhadap seluruh skema dan penyusunan peraturan yang ada dan sedang disusun agar efektif sebagai sarana hukum untuk menghormati dan melindungi hak-hak masyarakat adat.