Tampilkan postingan dengan label Muhammad Al-Fayyadl. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Muhammad Al-Fayyadl. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 21 Mei 2016

Kekerasan Budaya dan Politik Orde Baru

Bersama santri-santri pesantren Al-Falah Silo Jember, difasilitasi oleh Kiai Muhammad Ma'mun, kami akan mengadakan diskusi santai kebangsaan tentang "Kekerasan Budaya dan Politik Orde Baru (Orba)", Selasa siang lusa.

Sabtu, 26 Maret 2016

Eka Kurniawan

Eka Kurniawan "is the next Pramoedya"? Buat saya, belum. Untuk menjadi penulis yang roman-romannya seperti kita kenal, Pram terlibat dalam polemik dan kritik, buku-bukunya dirampas dan dilenyapkan, menggali arsip tanpa lelah, turba ke situs-situs bersejarah. Pram "ist ein Begriff", ujar seorang kritikus. Pram adalah "sebuah konsepsi". Dan untuk itu, ia meramu keterampilan menulis, kecakapan berkata-kata, dan keliaran berimajinasi---hal-hal yang juga dimiliki oleh Eka---dengan jatuh-bangun hidupnya sendiri, yang tragis dan politis.

Sabtu, 05 Desember 2015

Selamat jalan, Wijaya Herlambang

Bung, kau orang baik. Mestinya kau berumur panjang. Agar kebaikan di negeri ini juga berumur panjang. Lawan politik dan pemikiranmu, Goenawan M, masih bugar. Juga Taufiq Is, dan lain-lain. Tapi kau keburu pergi. Selamat menjemput keabadian. Setidaknya kau telah meninggalkan suatu buku yang mengabadikan namamu dalam percakapan di negeri ini.

Senin, 30 November 2015

Kekuasaan

Kalau kekuasaan di negeri ini masih dianggap penting, maka salah satu cara untuk melawannya adalah dengan membicarakannya... (Muhammad Al-Fayyadl)

Kamis, 26 November 2015

Rakyat

Baru tahu kalau hari ini sampai beberapa hari ke depan di kota ini (Yogyakarta) akan diadakan Kongres GP Ansor, di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran.

Rabu, 25 November 2015

Ketokohan

Menyimak presentasi Esha Tegar Putra tentang Ketokohan dalam Kritik Sastra Indonesia, ada selipan cerita tentang surat Gus Mus (KH A Mustofa Bisri) kepada HB Jassin, menyusul polemik puitisasi Al-Qur'an oleh Jassin. Dalam surat itu tergambar kewibawaan Jassin, sampai ada kesan Gus Mus, yang saat itu baru memulai karier kepenyairan beliau, "menghiba" (demikian kesan Esha) kepada Jassin.

Rabu, 18 November 2015

Pertanggungjawaban

Bila kita meminta pertanggungjawaban UGM atas "kontribusi"-nya pada kekerasan 1965, kita juga perlu meminta pertanggungjawaban UI (Universitas Indonesia) atas keterlibatan salah satu guru besarnya, Nugroho Notosusanto, dalam penyusunan sejarah resmi Orba -- dengan segala fiksinya tentang 1965.

Jumat, 13 November 2015

Nursyahbani Katjasungkana

Ketika sekelompok kecil orang menyebut Bu Nursyahbani Katjasungkana dengan "pengkhianat bangsa" atau cap-cap buruk lainnya karena kegigihannya mendorong pengungkapan kebenaran bagi korban 1965, bagi saya, beliau adalah potret seorang Muslimah progresif yang justru sedang menyumbangkan sesuatu untuk bangsa ini. Mengisi peran-peran kepeloporan yang lama ditinggalkan umat Islam terhadap persoalan kebangsaan. Melanjutkan yang dulu dilakukan Gus Dur, Cak Nur, dan para pemikir bangsa lain.

Kamis, 12 November 2015

Sarwo Edhie

Nama Sarwo Edhie mencuat dalam perannya sebagai tangan kanan Soeharto dalam mengorganisir kekerasan 1965 di bulan-bulan menyusul Gestok. Mertua mantan presiden SBY ini, dalam pengakuannya menjelang meninggal, kabarnya sangat menyesali telah ikut menciduk ayahnya yang seorang pengikut komunis, dan sempat disumpahi sang ayah sebagai anak durhaka. Kekacauan 1965 telah membuat ayah dan anak menjadi musuh satu sama lain.

Minggu, 08 November 2015

Gus Dur

Diangkatnya Gus Dur menjadi pahlawan nasional layak disambut dan disyukuri.

Peradilan Rakyat Internasional 1965

10-13 November ini, di Den Haag akan ada peristiwa bersejarah yang mungkin akan mengawali lembaran baru dalam cara kita membicarakan peristiwa 1965, yaitu International People's Tribunal 1965 atau Peradilan Rakyat Internasional 1965. Peradilan ini akan memperdengarkan kesaksian para korban 1965. Untuk pertama kalinya kita akan mendengar para korban hadir dan bersuara di muka umum, sesuatu yang tidak terbayangkan selama ini.

Senin, 02 November 2015

Cara Berpikir Kolonial

Hal yang paling berbahaya dari seorang pejabat yang berpikir normatif dan teknokratis seperti Jokowi adalah selubung niatan baiknya yang menutupi perusakan-perusakan yang dilakukan. Mau membangunkan rumah untuk Suku Anak Dalam, tapi tidak mau melihat berapa banyak orang yang tergusur dari rumahnya oleh kebijakan-kebijakan pemerintah dan korporasi.

Kerusakan (Fasad) Menurut Al-Qur'an

Bersama kiai muda progresif dari ujung timur Madura (Sumenep), Gus Sholahuddin Pangapora, ketika mengurai makna kerusakan (الفساد) menurut Al-Qur'an, dalam seminar kedaulatan agraria & SDA.

Selasa, 20 Oktober 2015

Santri

Bila istilah "Hari Santri" terdengar identitarian dan komunitarian, istilah "Hari Nyantri" mungkin lebih sugestif dan persuasif. Yang terakhir ini lebih mampu mengajak orang-orang untuk mengenal lebih akrab dunia pesantren beserta seluk-beluknya, juga pranata-pranata kulturalnya (kiai, kitab kuning, santri, madrasah, dll.) dan pertautan pesantren dengan sejarah negeri. Tanpa menggurui, tanpa digurui. Siapapun akan dapat "nyantri", tanpa harus menjadi "santri".

Sabtu, 17 Oktober 2015

Buruh

Pemerintah berencana menetapkan kebijakan pengupahan yang baru agar iklim investasi dalam negeri stabil. Referensinya, angka-angka pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Ekonomi tumbuh, gaji naik. Ekonomi turun, gaji turun. Asumsinya, pertumbuhan ekonomi tidak didongkrak semata-mata oleh keringat buruh tapi oleh wiraswasta (termasuk di dalam definisinya adalah penguasaha). Kelihatannya tampak adil walaupun sama sekali tidak, kalau kita mengkajinya dari kritik ekonomi-politik. Keringat buruh tidak dihitung sebagai sumber mutlak dari pertumbuhan ekonomi, tapi dianggap salah satu faktor; muslihat pertama rezim kapitalis. Padahal sektor wiraswasta juga bergerak dengan keringat buruh, yaitu para pekerja informal yang sama sekali tidak tersentuh kebijakan pengupahan. Buruh yang dihitung adalah buruh industri; muslihat kedua rezim kapitalis.

Sabtu, 10 Oktober 2015

9 Oktober 1967

9 Oktober 1967, seorang pemuda revolusioner bernama Ernesto Guevara dibunuh. Pembunuhan “Che” adalah salah satu rangkaian dari upaya penumpasan sistematis terhadap gerakan perlawanan rakyat di mana-mana yang dilancarkan sejak 1960-an oleh imperialisme global melalui kaki-tangan borjuasi nasionalnya. Kisah pak tani Salim Kancil di pelosok Jawa penanda bagi sejarah yang berulang dengan latar dan kalender waktu berbeda: perlawanan, bagi tuan-tuan modal besar, harus dipadamkan, meski dengan cara-cara brutal.

Jumat, 02 Oktober 2015

Komunis

Banyak ketakutan akan kebangkitan “komunisme”. Pengaruh ideologi dominan membuat orang tak sadar bahwa dalam keseharian kita terlibat sedikit banyak dengan aspek-aspek yang “komunistis”. Bahasa sehari-hari—juga bahasa ilmiah—tersentuh sedikit banyak dengan aspek-aspek ini. Cek saja berapa kosakata yang memakai awalan “Komun…” di depannya: “komunikasi”, “komunitas”, “komunal”, “komunikatif”, “komunikator”, “komuni”,….

Senin, 28 September 2015

Ketika Kematian Hanya Data, Statistik, dan Komoditas

Dunia telah aus dan tak sanggup menanggung kesedihan-kesedihan para binatang melata yang berjalan di atasnya. Setetes darah yang tumpah tak lagi berarti di hadapan kerasnya hati, bedil, dan perut yang tak pernah merasa kenyang. Tubuh-tubuh yang meregang dan kehilangan nyawa tak mencekam lagi mata-mata yang tergiur oleh kilauan benda duniawi. Citra kematian tak jadi tempat untuk berpikir dan merasakan. Lewat sekejap sebagai data, statistik, atau komoditas media.

Kamis, 17 September 2015

Fasisme dan Kapitalisme

Salah satu kesamaan fasisme dan kapitalisme (itu sebabnya, kapitalisme itu fasistik) adalah kesamaannya dalam membunuh orang banyak demi memenuhi kebutuhan segelintir perut. Nazisme membunuh orang-orang Rom, para infantil, difabel, dan Yahudi dengan menghirupkan asap beracun di kamp-kamp pengasingan. Kapitalisme membakar hutan dan pelan-pelan membunuh anak-anak, lansia, dan orang-orang dengan memenuhi paru-paru mereka dengan asap beracun.

Senin, 15 Juni 2015

Akal dan Iman

Seseorang yang mengenal Tuhannya dan mengakui bahwa dia bertuhan kepada Ia satu-satunya yang layak disembah, akan mencerna dengan akalnya perbedaan antara yang manfaat dan yang mudarat, antara baik dan buruk, antara benar dan salah, antara apa yang harus dilakukan untuk keselamatannya dan apa yang perlu dihindarinya.