Rabu, 23 September 2015

Cetak vs Digital

Penerbit buku dan majalah ada di persimpangan antara cetak atau digital. Dan cabang persimpangan lain: antara digital ala Kindle (e-book/reader) atau digital smartphone (mobile-book). Itu membingungkan. Berlawanan dg banyak prediksi, buku/majalah cetak "belum ada matinye". Justru penjualan cetak meningkat, sementara penjualan e-book turun. Tapi, itu bukan pertanda kembalinya kejayaan cetak juga. Menurutku, dorongan digital melibas cetak tak terbendung, meski dg laju yg lebih lambat dari perkiraan. Buku kertas, bagaimanapun, masih merupakan medium baca paling nyaman dan masih akan bertahan... setidaknya di zaman saya hidup. (Farid Gaban)

Sekolah vs Ladang

Dilema klasik yang masih dihadapi banyak keluarga petani di Indonesia, ketika dihadapkan pada pilihan untuk mengirim anaknya ke sekolah formal atau mendidiknya di ladang untuk membantu aktivitas ekonomi.

Multi-Talenta

Arnold R. Ahmad (30) membantu pendaratan drone Ekspedisi Indonesia Biru di pedalaman Gorontalo.

Dua Lebaran

DUA LEBARAN kami meninggalkan keluarga. Tapi sepanjang perjalanan, pintu-pintu rumah telah terbuka dengan hangat. Mengabaikan latar belakang adat, warna kulit, atau keyakinan.

Bang Buyung

Selamat jalan, Bang Buyung. Jalan zig-zagmu adalah pelajaran penting bagi para penjaga demokrasi untuk tetap di jalan lurus. Al Fatihah. (Dandhy Dwi Laksono)

Miangas

Rindu mengunjungi kembali Miangas, pulau paling utara Indonesia, mungkin akan terobati pekan depan ini. Miangas adalah satu dari 31 pulau terdepan Indonesia yang berpenghuni.

Sinetron yang Sedang Meroket

Sesudah "Tukang Bubur Naik Haji", sinetron yang sedang meroket ratingnya dalam satu semester terakhir adalah "Tukang Kritik Jadi Komisaris". (Tarli Nugroho)

Cakar Ayam

Dua tahun silam, sewaktu pemerintahan SBY memutuskan membeli pesawat kepresidenan, Fadjroel Rachman adalah orang paling keras yang mengritik. Dia menyampaikan sejumlah alasan. Mulai dari yang disebutnya sebagai alokasi uang negara yang tidak efektif dan tidak efisien, pemborosan uang negara di tengah langkanya perhatian terhadap kebutuhan dasar rakyat, jutaan rakyat tanpa pendidikan, tanpa pekerjaan, tanpa perumahan, tanpa jaminan kesehatan, tanpa infrastruktur publik yang layak, dan lain-lain.