Sabtu, 31 Januari 2015

Big Brother

Gubernur Jakarta Basuki Purnama mengatakan akan menempatkan ratusan kamera CCTV di berbagai pojok kota. Juga mengundang penembak jitu (sniper) untuk menembak langsung tersangka kejahatan. Jadi ingat novel "1984" karya George Orwell. (Farid Gaban)

Sederhana

Kemampuan menikmati hal-hal sederhana di sekitar kita adalah kekayaan yang sesungguhnya. [ANONIM]

Selbstlösigkeit

Pada 2 Februari pekan depan, Profesor Sri-Edi Swasono akan memberikan 'rede', atau pidato ilmiah, dalam Dies Natalis ke-65 Universitas Indonesia. Sudah beberapa tahun Dies UI tidak pernah disertai 'rede', demikian cerita Pak Edi ketika kami berbincang beberapa malam silam. Dan ia merasa mendapat kehormatan ketika diminta Rektor UI untuk memberikan pidato tahun ini.

Jadilah Orang Lemah

Jadilah orang yang lemah. Jika Anda melakukan kesalahan, maka orang akan membela bahwa kesalahan itu adalah akibat pengaruh jahat orang lain di sekitar Anda. Tapi, jika Anda melakukan sedikit saja kebaikan, nilainya akan langsung menjadi berlipat-lipat, dimana tiba-tiba pengaruh orang lain jadi tidak ada harganya. Ya. Sungguh beruntung jadi orang yang lemah. Karena, demi membela orang yang lemah, banyak orang jadi rela melemahkan akal sehatnya sendiri. ‪#‎bukanstatuspolitik‬ (Tarli Nugroho)

Jumat, 30 Januari 2015

Boleh Asal Bayar

Gubernur Jakarta Basuki Purnama akan membolehkan mobil pribadi masuk jalur busway, dengan membayar. Seperti juga "electronic road-pricing" (ERP), cara ini prinsipnya sama dengan memperluas jalan tol. Tak hanya memperuncing segregasi sosial yg mempersempit peluang solidaritas membangun sistem transportasi publik, cara ini akan gagal mengatasi problem transportasi Jakarta. (Farid Gaban)

Permainan Politik

Tidak ada musuh atau teman abadi dalam permainan politik. Itu sebabnya, tak perlu terlalu serius memperdebatkan aktor-aktor dan perilakunya. Seriuslah menilai politik dari public policy yg dibuat para politisi, siapapun aktornya: kebijakan ekonomi, energi, pangan, kesehatan, transportasi. (Farid Gaban)

Kamis, 29 Januari 2015

Pilihan

Bukan kemampuan, kekuatan dan kekayaan, yang menunjukkan siapa kita sebenarnya. Tapi, apa yang kita pilih ketika harus memilih. / "It is not our abilities that show what we truly are. It's our choices". [Albus Dumbledore; Harry Potter]

Independen

Menu sarapan pagi ini. Bagaimana Anda mengaku independen, jika tak bisa independen dari tim independen?! (Tarli Nugroho)

Rabu, 28 Januari 2015

KPK Impianku

Dia lembaga hukum anti-korupsi yg berwibawa dan ditakuti. Melalui konsensus nasional, dia diberi wewenang dan kekuasaan luar biasa; tapi dibatasi waktunya (10 tahun, misalnya). Fokus utamanya "membersihkan sapu korupsi": mengincar jenderal-jenderal polisi, jaksa, dan hakim yg korup. Tujuan besarnya: mengembalikan kewibawaan hukum polisi dan jaksa; bukan bersaing dg mereka. Apakah sudah terlambat utk mimpi seperti itu? (Farid Gaban)

Amanat Bung Hatta

"Tugas mahasiswa ialah menuntut ilmu untuk mentjari kebenaran, berdjuang dalam masjarakat untuk menegakkan kebenaran. Dalam menghadapi kesulitan dan tantangan apapun djuga, tetap tawakkal kepada Allah SWT." Pesan tertulis itu disampaikan Mohammad Hatta pada 1973. Ia menitipkan pesan itu pada menantunya, Sri-Edi Swasono.

Selasa, 27 Januari 2015

Political Detox

Ada yg mengalami gejala mual, pening dan meriang ketika membaca berita-berita politik? Cobalah tips di bawah ini... ‪#‎eh‬

Modal Asing

Menu sarapan pagi ini. Di tengah hiruk-pikuk pertentangan dua lembaga penegak hukum, dan luputnya proses negosiasi ijin ekspor PT Freeport, saya teringat sebuah tulisan Tan Malaka tahun 1945. "Djangan dibolehkan modal asing mengganggoe kemadjoean peroesahaan Indonesia. Hal ini pasti akan terdjadi djika modal asing diperbolehkan lagi menjewa tanah dan mengoeasai bahan Indonesia. Berapapoen bagoesnja rentjana, berapapoen giat didjalankan, selama negara asing dengan perantara modal di Indonesia bisa mempengaroehi djalannja prodoeksi dan distriboesi kita, maka rentjana jang bagoes itoepoen akan kandas djoega." Masihkah pagi ini kita hidup dengan spirit para pendiri Republik semacam itu?! (Tarli Nugroho)

Panggung

"Yang terburuk dari adegan-adegan di panggung adalah orang menjadi begitu terbiasa dengan kebohongan sehingga mereka terbiasa melontarkan kekaguman dan bertepuk tangan." (Multatuli)

Senin, 26 Januari 2015

Tua vs Muda

Hari ini Koran Tempo kembali mengangkat isu soal dikotomi pemimpin tua dan muda sebagai salah satu beritanya. Itu isu yang sejak lama kehilangan relevansi dan urgensi. Bukankah kita sudah banyak belajar: hanya karena seseorang adalah orang baru, bukan berarti ia adalah pembaharu! Kepemimpinan adalah soal konsep dan integritas, bukan soal umur, atau soal baru dan lama. Kita sering kehilangan poin di soal penting ini. ‪#‎IndonesiaBelajar‬ (Tarli Nugroho)

Partai

Adalah ilusi jika mau memisahkan sama sekali Presiden Joko Widodo dari PDI Perjuangan dan rekan koalisinya. Presiden itu dicalonkan dan didukung partai. Bahkan calon independen, jika dibolehkan, juga belum tentu benar-benar independen (dari pemodal dan pemandu sorak). Memperbaiki marwah kepresidenan adalah memperbaiki martabat partai dan sistem kepartaian. Memperkuat partisipasi dan mutu representasi warga negara dalam setiap pengambilan keputusan urusan publik (public policy). (Farid Gaban)

Minggu, 25 Januari 2015

Waduk

Hanya Presiden Jokowi yg bisa. Tujuh presiden sebelumnya tak mampu menuntaskan pembangunan Waduk Jatigede (Jawa Barat) yg dirancang pada 1963. Waduk itu, kedua terbesar di Indonesia, akan mulai beroperasi 2015 ini.

Bukan Haiku

Presiden nggak mikir. Rakyat nggak jelas. (Tarli Nugroho)

Pemberani

Presiden Jokowi itu pemberani dan tegas. Coba lihat jawaban beliau ketika marak protes kenaikan harga BBM tempo hari yg dinilai akan merontokkan popularitasnya. "Saya bekerja bukan untuk popularitas!" Kalau soal energi yg mempengaruhi hajat hidup orang banyak saja berani tak populer, apalagi kok cuma urusan Kapolri. (Farid Gaban)

Tentang Kompetensi

Sejak lama saya berpandangan bahwa syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kompetensi. Kita memiliki banyak instrumen, mulai dari hukum hingga moral, dari yang abstrak hingga yang material, dan juga banyak lembaga, mulai dari lembaga negara hingga masyarakat sipil, untuk mengontrol dan mengatasi berbagai pelanggaran yang mungkin bisa dilakukan oleh seorang pemimpin. Tapi kita tak punya instrumen apapun untuk mengatasi seorang pemimpin yang tidak kompeten. ‪#‎IndonesiaBelajar‬ (Tarli Nugroho)

Sabtu, 24 Januari 2015

Teroris

Pencet tombol di Amerika, maut di belahan dunia lain. Drone Amerika membunuh ribuan warga sipil Afghanistan, Yaman, Irak, Pakistan. (Farid Gaban)

Deja Vu

Ngebaca komentar Pak Hendropriyono soal kisruh politik mutakhir ogut merasa dilempar kembali ke zaman Orde Baru: (1) "Ini jelas merupakan bukti dia (Presiden Jokowi) gagah berani melawan arus opini publik, yang dimotori oleh para elite LSM-LSM liberal." (2) "Para demagog, pengamat, demonstran bayaran dan lain-lain yang menebar kebencian, permusuhan, selalu menyalahkan tanpa punya jalan keluar yang sejatinya hanya anti kemapanan, harus dijebloskan ke penjara!" (Farid Gaban)

Integritas

saya bangga dengan integritas Bambang Widjojanto, dia teladan seorang penegak hukum: menghindari conflict of interest, menghindari komplikasi politik. Integritas itu yang tidak dimiliki Abraham Samad sejak percaloan cawapres Jokowi tahun lalu dan kini dia malah mengundang tentara agar bersiap siaga menjaga KPK! (Harry Wibowo)

Tawa Lepas

Siang itu lima tahun lalu, anak-anak riuh bermain di dermaga kayu Pulau Rajuni, Takabonerate (Sulawesi Selatan). Saya sibuk menjepret. Foto ini salah satu yg paling saya suka. Semangat, Indonesia! Selamat Pagi, Indonesia!
(Farid Gaban)

Bambang Widjojanto

Suatu malam saya sedang makan di warung sate pinggir jalan Depok, ketika sebuah mobil berhenti. Sopirnya turun membeli sate. Ketika jendela terbuka saya lihat orang yg duduk di sebelah sopir: Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto. Ingin menyapa tapi khawatir dia tak mengenal saya. Dulu, saya sering melihatnya mengantar anaknya ke SDIT Nurul Fikri, sekolah yg sama dg anak saya. Istri kami mengikuti beberapa pengajian yg sama. Meski tak selalu setuju pendapatnya, saya punya kesan yg kuat Mas Bambang seorang yang bersahaja, sederhana dan alim bahkan sejak masih di Yayasan LBH Indonesia. Apa yg dilakukan polisi terhadap dia dan keluarganya sungguh biadab, lepas dari kasus hukum yg dipersoalkan. (Farid Gaban)

Politik

"Orang baik seperti Joko Widodo akan lumat dalam sistem politik yg buruk." Itulah yg saya tulis di tengah euforia pemilihan presiden lalu, dan menjadi dasar argumen kenapa saya memilih golput. Kita memerlukan perombakan sistem politik, agar tidak terpuruk makin jauh dlm trend "FILIPINISASI", meminjam istilah Andreas Ufen [Political Parties in Post-Soeharto Indonesia, 2006]: ketika partai dibentuk/dimobilisasi cuma utk memenangkan calon presiden; kepemimpinan otoriter dlm partai yg memicu faksionalisme; kentalnya politik uang; miskin program; rendahnya ikatan politisi-konstituen-partai; koalisi-koalisi yg pragmatis; menguatnya partai kartel/oligarki. (Farid Gaban)

Delapan Abad Magna Carta

Syahdan, pada Abad ke-13 di Inggris, seorang raja punya hak berhubungan seks dengan pengantin perempuan di malam pertama sebelum suaminya sendiri. Prima nocta. Setidaknya, itulah yang tergambar dalam film “Braveheart” karya Mel Gibson (1995).

KPK vs POLRI

Mendukung penguatan/pemulihan KPK menjadi lembaga hukum anti-korupsi yg berwibawa dan bermartabat. Menuntut Polri dibubarkan, dipreteli atribut militernya, ditempatkan secara semestinya sebagai perangkat pemerintahan sipil. Adili aparat polisi yg sewenang-wenang menangkapi, memeras, menyiksa, dan membunuhi warga tanpa proses hukum. (Farid Gaban)

Polisi

Jika seorang komisioner KPK bisa diperlakukan seperti itu, kebayang 'kan apa yang bisa polisi lakukan terhadap warga kebanyakan? Di kalangan bawah, itu sudah menjadi realitas sehari-hari, dalam kadar yg lebih brutal. (Farid Gaban)

Jumat, 23 Januari 2015

Kode Etik

Ketika kode etik (internal) aparat penegak hukum (c.q. KPK) tak mampu bahkan tak mau ditegakkan oleh pimpinannya sendiri, pada titik itulah gerbang terbuka lebar bagi politik yang niscaya partisan untuk mengkorup prinsip non-partisanship dan disinterestedness aparat penegak hukum.

Lagi, Soal Centeng

Saya kemarin dianggap tendensius ketika menyebut bahwa Kapolri dan Jaksa Agung merupakan "centeng hukum" istana. Apa yang kita tonton hari ini, dari peristiwa penangakapan Bambang Widjojanto oleh Bareskrim Polri, sebenarnya bisa memberikan konfirmasi.

Kamis, 22 Januari 2015

Peremajaan Aktor

Ketika awal dibentuk, Tim Reformasi Tata Kelola Migas lantang berteriak tentang keberadaan mafia migas di tubuh Petral. Tapi pelan-pelan pernyataannya kemudian bergeser, bahwa Petral adalah trading company yang dibutuhkan oleh Pertamina. Dan kenyataannya memang demikian. Anehnya, meski posisi Petral sebagai kepanjangan tangan Pertamina kemudian tak lagi diganggu gugat, posisi Petral sebagai badan pelaksana pengadaan BBM di dalam negeri kemudian dipindahkan ke ISC (Integrated Supply Chain), sebuah badan yang dibentuk oleh Ari Soemarmo sewaktu ia masih menjabat Dirut Pertamina.

Senin, 19 Januari 2015

Media Borjuis

Membaca halaman depan Koran "Jawa Pos"/"Indo Pos" hari ini, 19 Januari 2015, tergambar dengan vulgar potret media borjuis dalam masyarakat berkelas hari ini. Di "space" paling atas, ada tulisan Dahlan Iskan yang menceritakan liburannya ke luar negeri dan kebebasannya memilih negeri tujuannya berlibur. Di bawahnya ada pemberitaan tentang puluhan orang yang menunggu hukuman mati karena permohonan grasinya ditolak. Kontras dua kelas yang berbeda. Sementara sejumlah besar orang mendekam dalam tahanan, kehilangan kebebasannya, dan merasakan sisa-sisa kebebasan itu perlahan terenggut sebelum menemukan penghabisannya di ujung pelatuk para penembak, sejumlah kecil orang (para elite) menikmati kebebasannya untuk tujuan-tujuan yang sekunder atau tersier, dan mungkin tak merasa perlu berpikir apakah kebebasannya akan membuat iri keluarga para narapidana yang dirundung cemas akan ketidakpastian nasib keluarganya. Mungkin yang terpenting bukan siapa lagi yang akan menulis di "space" teratas -- Dahlan Iskan atau anaknya (toh semua orang tahu bahwa "Jawa Pos" adalah koran "dinasti") -- tapi substansi tulisannya. Sebuah tulisan yang dengan ringan memamerkan kebebasan elitis seseorang di tengah kondisi ketidakbebasan yang membelenggu sejumlah besar orang yang lain.

Minggu, 18 Januari 2015

Masih tentang Kapolri

Sejak Reformasi, jabatan Jaksa Agung dan Kapolri adalah "centeng hukum" bagi istana. Apalagi setelah terbentuknya KPK, sebuah lembaga superbody yang relatif tak mudah dikontrol baik oleh istana maupun parlemen, fungsi centeng istana itu semakin efektif dan terkonsolidasi. Itu sebabnya kisruh soal jabatan Kapolri yang menyita perhatian kita pada dua pekan terakhir perlu juga dilihat dari sudut pandang tersebut.

Sabtu, 17 Januari 2015

Politik Bola Panas

Presiden menendang bola ke parlemen. Agak meleset. KPK berhasil memotong. Tapi, tak sempurna, dan bola bergulir ke kaki parlemen juga akhirnya. Gocek sebentar, parlemen memberi umpan lambung ke presiden. Dan presiden, yang berdiri di kotak penalti dekat tiang jauh, melakukan tendangan salto.... Goal?! Oh, sh*t! Bola membentur tiang gawang! Dan kembali ke kaki KPK..... [Satu hal yg membuat sedih adalah bagaimana KPK menyediakan diri terlibat dalam permainan yg sama: permainan bola panas politik.] (Farid Gaban)

Jumat, 16 Januari 2015

Praduga Tak Bersalah

Istilah "tersangka" punya makna dan konsekuensi serius di dunia hukum. Tapi, bisa dipahami jika orang menjadi sinis dg istilah itu. Asas "praduga tak bersalah" cenderung hanya diterapkan bagi orang berduit dan berkuasa. Kalau penjahat kecil-kecilan, justru disiksa utk mengaku bersalah. Atau ditembak mati bahkan sebelum jadi tersangka. Polisi seenaknya menembak mati "terduga" teroris. (Farid Gaban)

Kebenaran

Ada kebenaran jurnalistik, kebenaran yg dicapai melalui prosedur jurnalistik. Kebenaran hukum, melalui prosedur hukum. Kebenaran politik, melalui prosedur prolitik/tata negara. Semua bisa bermuara menuju kebenaran yg sama; tapi sering juga berbeda. Itu tak masalah. Yg masalah kalau aparat hukum berselingkuh dg politik, atau mempolitisasi hukum. Atau media berselingkuh dg politik serta aparat hukum (tak peduli itu polisi, jaksa atau KPK). Perselingkuhan jurnalis-KPK bisa sama buruknya dg perselingkuhan jurnalis-polisi dlm operasi kriminal dan terorisme. (Farid Gaban)

Kamis, 15 Januari 2015

Aswaja Berparadigma Global

Muhammad Al-Fayyadl

Dalam sebuah sarasehan Aswaja (Ahlussunnah wal jama’ah) yang diselenggarakan para pemuda dan pemudi Nahdlatul Ulama (IPNU dan IPPNU) di sebuah kota kecil di Jawa Timur, pertanyaan jenial itu muncul: bagaimana ber-Aswaja dengan cara berpikir global? Bukan semata-mata karena yang melontarkannya anak-anak muda yang datang dari desa dan latar belakang keluarga santri yang sederhana. Tetapi juga karena pertanyaan itu datang dari sebuah tempat di pelosok, yang cukup jauh dari hiruk-pikuk keriuhan “politik global” – berbeda bila datang dari kalangan mahasiswa atau warga NU yang berada di luar negeri.

Move On

Meski tak memilih Pak Jokowi (golput), saya tak akan mengejek teman-teman yg selama ini mendukung beliau dg fanatik (bahkan ada yg taktiknya cenderung kasar) tapi lalu kecewa. Politik bukan cuma ttg pesona/kharisma individu. Tapi, tentang kebijakan publik bagi kemaslahatan seluruh warga negara. Presiden cuma satu faktor saja. Dan bukan segala-galanya. (Farid Gaban)

Privatisasi Kesehatan

Kepedulian negara thd kesehatan warga ditentukan oleh seberapa banyak anggaran yg dikeluarkan pemerintah. Menurut WHO, negara harus menyisihkan sedikitnya 5% dari GDP-nya utk kesehatan. Di Indonesia cuma 1,3% GDP; lebih rendah dr Kamboja (2,1%) dan Timor Leste (5,5%). Bahkan di "negeri kapitalis" spt Jepang, Prancis atau Australia, peran publik dlm bidang kesehatan sangat kuat: negara menanggung 75-80% biaya kesehatan warga. Di Indonesia cuma 60% pada 2012, itupun dg kualitas layanan yg rendah. BPJS tidak mengurangi kecenderungan privatisasi itu, malah mendorong privatisasi semakin jauh, mencerminkan kepedulian negara yg makin rendah. (Farid Gaban)

Rabu, 14 Januari 2015

Peribahasa

Nabok nyilih tangan [Jawa] = lempar batu sembunyi tangan [Indonesia] = not taking responsiblity for one's own deeds [English]. (Farid Gaban)

Demi Sensasi

kenapa sih susah sekali orang-orang yang berwenang untuk taat pada prosedur? mengapa para profesional ini tidak menahan diri untuk berbicara kepada pers, untuk sedikit berempati pada keluarga korban? juga insan persnya sendiri, kenapa sering abai atau enggan menguji kembali: apa manfaatnya liputan macam ini bagi kepentingan umum?... (Harry Wibowo)

Nampar atau Nabok

Jokowihaters: "KPK menampar Presiden Jokowi". Jokowilovers: "Presiden Jokowi cerdik memperalat KPK". Menurutku, manapun interpretasinya, buruk bagi KPK ketika sebuah lembaga hukum terlibat, melibatkan diri atau dilibatkan, dalam urusan politik. Cepat atau lambat akan merusak kredibilitas lembaga itu sendiri. Dan menghancurkan satu-satunya harapan negeri ini. ‪#‎IMO‬ (Farid Gaban)

Selasa, 13 Januari 2015

Pemiskinan

Ketika harga BBM dilepas sesuai harga pasar, yang bisa naik maupun turun setiap waktu, demikian pula semestinya tarif angkutan umum dan harga harga2 kebutuhan pokok yg dipengaruhinya. Pemerintah kini tega memaksa rakyat miskin dan rentan-miskin naik roller-coaster kehidupan. Tapi, bahkan roller-coaster mungkin bukan analogi yg tepat. Tarif angkutan dan harga kebutuhan pokok yg sudah terlanjur naik, sulit turun meski harga BBM turun. Fenomena apa yg bisa diprediksi selain proses pemiskinan? (Farid Gaban)

Ouch

Kebodohan itu bisa lintas bangsa dan agama. Steve Emerson, "pakar terorisme" Amerika, mengatakan dlm wawancara dg Fox News bahwa Brimingham (Inggris) adalah kota yg sepenuhnya Muslim, lengkap dg polisi syariah. Tidak terlalu heran mengapa begitu rendah standar Fox utk memilih seorang "pakar". TV ini milik Rupert Murdoch. (Farid Gaban)

Senin, 12 Januari 2015

Rujuk

Budi Gunawan didukung Koalisi Merah Putih yg menguasai DPR. Setelah bail-out Lapindo, penunjukan Kapolri adalah simbol rujuk Kubu Jokowi dan Kubu Prabowo. ‪#‎eh‬ (Farid Gaban)

Rupert Murdoch

Kalau kita mau memakai logika Rupert Murdoch, konglomerat media, maka setiap orang Kristen bertanggungjawab atas teror dan pembantaian di Afghanistan ini [drone Amerika juga dipakai di Pakistan, Yaman, Somalia]. Tapi, saya tak setuju logika Murdoch yg mengatakan "semua dan setiap Muslim bertanggung jawab atas teror di Paris". (Farid Gaban)

Minggu, 11 Januari 2015

Caca Handika

Penemuan baru: sekarang lagi musim musisi dangdut jadi radikal. Setelah Marxist Manja Grup, sekarang Caca Handika juga sudah memeluk "Marxist Kami" (Mochamad Abdul Manan Rasudi)

Sabtu, 10 Januari 2015

Satir Diri

dari beberapa kartun satir charlie hebdo yang beredar di medsos yang sempat saya amati, koq gak ketemu ya kartun yang menertawakan diri sendiri? bukankah menertawakan diri atau bahasa ilmiahnya: auto-krtik membuat akal kita tetap sehat, hati jadi manusiawi? (Harry Wibowo)

Kamis, 08 Januari 2015

Charlie Hebdo

Ada dua "Charlie". Charlie Chaplin dan Charlie Hebdo. Keduanya sama2 lucu. Menggemaskan. Mengundang orang tertawa, walaupun dengan senyum kecut. Keduanya satirik. Mengusik kenyamanan, menggugah orang untuk tak dogmatis, dan terkadang membuat penguasa tak nyenyak tidur. Keduanya membuka mata bahwa humor punya tempat dalam kehidupan, dan sah sebagai medium politik.

Jonan

Kalau seorang Dirut BUMN perlu-perlunya mengerahkan kesatuan Brimob dan Marinir untuk menggusur paksa --tanpa remedy yang berkeadilan (justiciable)-- terhadap ratusan pedagang di semua peron stasiun DAOP I, maka kemungkinan besar ada yang gak beres dari pendirian dan caranya menggunakan otoritasnya untuk mengeksekusi suatu kebijakan atau memecahkan masalah.... Lebih dua tahun kemudian terbukti: standar keamanan dan keselamatan penerbangan dipagu ke harga tiket pesawat.... ‪#‎super_sekali_siJonan‬ ini.. (Harry Wibowo)

Rabu, 07 Januari 2015

Maksud Baik

Kadang ada pernyataan-pernyataan yang dikatakan dengan maksud baik, tapi dengan dibumbui dongengan dan interpretasi yang mengundang “sesat-pikir”, tanpa mengatakan bahwa itu adalah interpretasinya secara pribadi atas sejarah. Maksudnya baik, untuk memperingatkan generasi muda akan paham-paham ekstrem. Tapi caranya mengemas peringatan dengan bumbu-bumbu cerita membuat pernyataan itu menjadi sulit dipertanggungjawabkan.

Senin, 05 Januari 2015

Ribut

RIBUT-ribut soal berakhirnya proyek PPK/PNPM akhir tahun kemarin dan dimulainya pelaksanaan UU Desa, ada baiknya disimak artikel Toby Carroll dalam Majalah Prisma Vol.29 No.3 2010 yang bisa diunduh gratis dari tautan di bawah ini.