Sabtu, 21 Mei 2016

Sosialisme di Amerika

Francis Fukuyama keliru. Pada 1990-an, dia menulis buku "The End of History", yg memproklamasikan kemenangan telak "kapitalisme pasar bebas" dan "demokrasi liberal Barat" sbg bentuk akhir evolusi sosial-budaya umat manusia. Bernie Sanders mungkin tidak akan menang jadi presiden. Tapi, teriakan lantangnya tentang "sosialisme demokratik" akan masih bergema dan menguat di Amerika. Pergulatan kapitalisme vs sosialisme belum berakhir spt dipikirkan Fukuyama. (Farid Gaban)

Kasus Pemerkosaan

Kekerasan Budaya dan Politik Orde Baru

Bersama santri-santri pesantren Al-Falah Silo Jember, difasilitasi oleh Kiai Muhammad Ma'mun, kami akan mengadakan diskusi santai kebangsaan tentang "Kekerasan Budaya dan Politik Orde Baru (Orba)", Selasa siang lusa.

Pogge

Senin, 16 Mei 2016

Diaspora

Para pekerja Indonesia di luar negeri telah bekerja keras, bahkan sering harus menjudikan nyawa. Namun mengapa sumbangan "kaum diaspora" Indonesia pada ekonomi nasional relatif kecil dibanding negeri lain? [Sumber data: Human Development Report, UNDP, 2015]

Minggu, 15 Mei 2016

Maaf

Marcus Christenson membuat permohonan maaf yang panjang berkait kesalahannya dulu menulis soal pilihan manajemen Leicester City terhadap Ranieri. Ia membedah tulisannya sendiri, mengomentarinya, menyesalinya, dan menunjukkan di bagian-bagian mana ia salah. Di bagian akhir tulisan, ia bahkan mendeklarasikan bahwa ia kini bukan lagi seorang pakar untuk soal Ranieri.

Flamboyan

"Tapi jika mau lebih cermat sedikit, gema ke-Indonesia-an film ini juga bisa didapatkan pada sisi lain. Coba perhatikan sosok Jimmy Mistry, editor Glitz, koran yang kontra modal. Ia kekiri-kirian, ada di pihak buruh dan aktivis komunis, namun pada saat yang sama sangat mudah membedakannya dengan pemimpin buruh dan aktivis komunis di film ini, misalnya Kamerad Dhespande. Jimmy berpakaian rapi dan dandi, sama flamboyannya dengan musuhnya, Khambatta yang pro-modal. Ia ajeg mengunjungi bar jazz, kedapatan main billiard, dan senang mani-padi, meski di banyak kesempatan ia juga muncul di panggung demonstrasi para buruh. Dan, yang terpenting untuk alur film ini, ia juga senang dengan perempuan cantik, dan tak sungkan memperalatnya untuk tujuan-tujuan taktik-politik. Mengabaikan satu-dua hal pokok yang tak sesuai, lalu iseng-iseng bermain anagram dan inisial, dan membayangkan bahwa Anurag Kashyap mungkin sempat membaca studi-studi tentang industri cetak di Indonesia (Wars Within-nya Steele, misalnya), saya tampaknya menemukan sosok mirip Jimmy Mistry ini di sini, di Indonesia. Sambil senyum-senyum saya berandai-andai, kalau di Indonesia, JM si editor ini tampaknya lebih condong jadi PSI dibanding PKI."

Kamis, 12 Mei 2016

Standar Ganda

Yang Islamis seneng kalau tentara/polisi menindas kaum kiri dan liberal. Yang liberal dan kiri sorak-sorai ketika tentara/polisi menindas Islamis. Siapa diuntungkan dari standar ganda macam itu? Tentara/polisi! (Farid Gaban)

Digoel & PKI

Boven Digoel, Papua, adalah penjara alam yang brutal ciptaan Pemerintah Hindia Belanda. Ke situlah ribuan pejuang kemerdekaan diasingkan. Sebagian besar mereka aktivis PKI yg berontak melawan Belanda pada 1927. Tapi, Digoel juga penjara bagi aktivis Syarikat Islam dan kaum nasionalis seperti Bung Hatta. Komunis atau bukan, mereka yg terbuang dan tewas di Digoel adalah "pahlawan perintis kemerdekaan". Tapi, sejarah mereka dilupakan karena fobia-komunis yg berlebihan. (Farid Gaban)

Rabu, 11 Mei 2016

Bimasakti

Kapital

Komunisme memang sejatinya anti-kapitalisme. Tapi apakah dengan demikian, untuk konteks Indonesia, status kapital dari negara komunis jadi berbeda dengan status kapital dari negara kapitalis, sama seperti halnya dengan anggapan "syar'i" yang melekat atas setiap kapital yang datang dari Timur Tengah?! He he he.

Minggu, 01 Mei 2016

Hari Buruh

Arsip beberapa tulisan lama berkait dengan “buruh”, seandainya ada yang berminat, silahkan klik gambar di bawah. SELAMAT...
Dikirim oleh Ariel Heryanto pada 30 April 2016

Sabtu, 30 April 2016

Buku & Perempuan Italia

Saya pernah ketemu seorang perempuan, dia peneliti Italia yang sedang melakukan riset mengenai batik di Indonesia. Sebelum datang ke Indonesia, dia belajar banyak tentang tabiat orang Indonesia, misalnya dalam hal jual beli di pasar.

Rabu, 27 April 2016

Menghajar Goenawan Mohamad Inc.

Menghajar Goenawan Mohamad Inc. dengan membongkar semua kebusukan politik kebudayaan yang mereka lakukan adalah bagian dari iman dan wajib hukumnya! :)
#Aforisme
Dikirim oleh Saut Situmorang pada 27 April 2016

Figuran

Dari semula, "Rayuan Pulau Palsu" memang hanya menempatkan gubernur sebagai pemain "figuran" :) https://youtu.be/kCdk3n3NriE
Dikirim oleh Dandhy Dwi Laksono pada 27 April 2016

Musuh Saut Situmorang

Siapa saja yang jadi musuh Saut Situmorang pasti akan kalah dan musnah pada akhirnya :p #Aforisme

Cc: Goenawan...
Dikirim oleh Saut Situmorang pada 26 April 2016

Ralat "Maaf" Tanpa Syarat

Permintaan maaf tanpa syarat sudah diralat. Tapi tetap saja basis argumennya bermasalah.

Minggu, 17 April 2016

Rakyat Berkumpul

MEREKA yang tidak percaya rakyat bisa berkumpul dan balik melawan, punya masalah dengan ingatannya pada sejarah peradaban manusia.
Dikirim oleh Dandhy Dwi Laksono pada 16 April 2016

Selasa, 12 April 2016

Melek Politik

Jika anda mau melek politik dan memilih pemimpin tambatan hati, sebelumnya tentukan dulu standar anda. Agar anda punya prinsip, standar sebelum figur. Standar mengenai politik, proses keputusan, keberpihakan, arah/cara pembangunan, dll. Itu sebagian besar dimuat dalam ideologi, membentuk ideologi, meski tidak mesti anda harus setuju pada seluruh isi ideologi. Bagaimana anda bisa melek politik, jika anda tak mau menoleh ideologi? Baiklah politik terlalu najis. Kita ganti, bagaimana anda mengklaim bangga atas negeri, bagaimana mau menjadi warga negara yang baik, bagaimana mau memperbaiki nasib bangsa sendiri tanpa menoleh pada tema-tema ideologi? Tanpa itu, saya percaya anda cuma penganut oportunisme atau tertipu oleh populisme. Bahaya terbesar demokrasi adalah oportunisme segelintir dan populisme massa. (Priyo Djatmiko)

Minggu, 10 April 2016

Sebuah Komen di Sebuah Grup


Sebuah komen di sebuah grup.
Dikirim oleh Abdul Gaffar Karim pada 10 April 2016

Selasa, 05 April 2016

Lugas

Ya, kenapa tidak? Jika Anda, warga DKI, menggandrungi kelugasan dan memaklumi sedikit kata-kata tak sopan asalkan tegas dan lurus, orang ini layak dipertimbangkan jadi gubernur Anda. Objektif saja, dia politisi muda yang jagoan. Dan dia tak akan mengundang sentimen rasial -- mungkin. (Abdul Gaffar Karim)

Senin, 04 April 2016

KKN

Persekongkolan antara aparat Kepolisian dengan FPI dalam hampir semua kasus pelarangan, pembubaran paksa bahkan serangan/penggerebekan itu apa duduk perkaranya kalau bukan berbasis KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme - sebuah mantra yang populer setelah Jendral (jagal) Suharto lengser)? Tapi aktivis anti-korupsi hampir tidak pernah mempersoalkannya.

Sabtu, 26 Maret 2016

Eka Kurniawan

Eka Kurniawan "is the next Pramoedya"? Buat saya, belum. Untuk menjadi penulis yang roman-romannya seperti kita kenal, Pram terlibat dalam polemik dan kritik, buku-bukunya dirampas dan dilenyapkan, menggali arsip tanpa lelah, turba ke situs-situs bersejarah. Pram "ist ein Begriff", ujar seorang kritikus. Pram adalah "sebuah konsepsi". Dan untuk itu, ia meramu keterampilan menulis, kecakapan berkata-kata, dan keliaran berimajinasi---hal-hal yang juga dimiliki oleh Eka---dengan jatuh-bangun hidupnya sendiri, yang tragis dan politis.

Senin, 21 Maret 2016

Pilkada DKI

Ahok atau bukan Ahok, terserah saja. Harapan saya semoga pilkada DKI membawa barakah buat penduduk Jakarta, baik yang ber-KTP DKI, maupun yang ber-KTP Jawa Barat atau Banten tapi berada di DKI minimal siang hari, ataupun yang ber-KTP tempat lain tapi berada di DKI sesekali dan sementara waktu.

Minggu, 20 Maret 2016

Jagal


Dikirim oleh Ariel Heryanto pada 20 Maret 2016

Belok Kiri

Belok Kiri bersama kawan Muhammad Ridha dan kawan Marlo Sitompul di bawah kolong Tol Penjaringan. Melawan kebijakan pemprov DKI Jakarta yang menggusur rakyat secara sewenang-wenang. Gubernur DKI Jakarta ini ternyata penyambung lidah korporat bukan penyambung lidah rakyat. Selanjutnya, mari kita tunggu juga agenda muluk-muluknya mereklamasi teluk Jakarta yang konon katanya untuk menyelamatkan lingkungan Jakarta. Namun, lucunya para ahli membuktikan sebaliknya.

Marxisme vs Kapitalisme


malaysia, sama saja haha :D
Dikirim oleh Ronny Agustinus pada 19 Maret 2016

Jumat, 18 Maret 2016

Belenggu Demokrasi

Kisruh Blok Masela yang berkepanjangan, kisah maju mundurnya proyek kereta cepat tempo hari, atau kontradiksi langkah pemerintah dalam menghadapi rencana divestasi PT Freeport Indonesia yang tak jelas ujung pangkalnya hingga hari ini, merupakan tiga contoh kasus besar bagaimana proses pengambilan kebijakan pemerintah yang tak efektif semakin kecil kaitannya dengan keberadaan partai politik. Jika kita cermati, konflik yang terjadi di tubuh kabinet, misalnya, juga terutama berasal dari atau terjadi antar-para menteri yang berasal dari luar partai politik.

Disebut

Publik menyampaikan aspirasi dengan memenuhi jalan, disebut "mengganggu fasilitas umum".

Swasembada


Swasembada dan surplus semen, tapi impor beras. #SaminVsSemen
Dikirim oleh Dandhy Dwi Laksono pada 17 Maret 2016

Kartu

Apa gunanya pendidikan dan kesehatan gratis lewat Kartu Indonesia Pintar atau Kartu Indonesia Sehat, bila nyawa kita bisa melayang kapan saja, hanya karena sekelompok orang bersenjata yang merasa memegang "Kartu Indonesia Aman"?

Kamis, 17 Maret 2016

Izin


Izin investasi dipermudah, izin nonton film makin sulit.
Dikirim oleh Dandhy Dwi Laksono pada 17 Maret 2016

Calon Independen

"Calon independen" adalah istilah yang diciptakan media. Dalam undang-undang, sebutannya adalah "calon perseorangan", yang dibedakan dari calon yang diajukan oleh partai politik, atau calon yang diajukan oleh gabungan partai politik.

Rabu, 16 Maret 2016

Goethe Institut

Goethe Institut di Jakarta adalah contoh lembaga kebudayaan borjuis oportunis yang pengecut untuk ambil risiko atas program yang sudah disetujuinya sendiri untuk dilaksanakannya di tempatnya cumak kerna ada ancaman gangguan kaum Fascis. Mengalah kepada ancaman kaum Fascis adalah sama dengan melegitimasi keberadaan Fascisme itu sendiri! ‪#‎sampah‬ (Saut Situmorang)

Adu Tinju

Dia mungkin buta sejarah, tapi dia tidak bodoh soal bisnis. Dia tahu undangan acara itu adalah undangan adu tinju, makin rame makin baik, penonton bakal berdatangan dan media bakal ramai meliput karena (diharapkan) heboh. Maka buat saya dia tidak salah pasang tarif segitu. Tarif untuk meng-“entertain" (dengan segala kehebohan dan mungkin kekonyolan) seperti ekspektasi pihak pengundang. Saya lebih mempertanyakan pengundang, apakah ingin membuat acaranya makin bergengsi dan bermartabat dari tahun ke tahun? Bila ya, maka sebaiknya pilih para penulis yang memang benar-benar baik dan bukan cuma asal kontroversial demi mendatangkan penonton/liputan.

Selasa, 15 Maret 2016

Tarif Tere Liye


Masak sih  ini pasti fitnah 
Dikirim oleh Febriana Firdaus pada 15 Maret 2016

Sabtu, 12 Maret 2016

Muslim Sunni Tidak Memilih Ahok

Saya Muslim yang Sunni dan saya tidak memilih Ahok.

Jumat, 11 Maret 2016

Ahok Membuat Indonesia Menjadi Serigala?


Ahok membuat Indonesia menjadi serigala??colek >
Dikirim oleh Har Wib pada 10 Maret 2016

Kamis, 10 Maret 2016

Fitnah

Di samping isinya cumak Fitnah, status di bawah ini adalah contoh sebuah Kemunafikan dari segelintir Pseudo-Liberal di Jakarta yang bernaung di bawah bayang-bayang tua bangka Goenawan Mohamad.

Criminal Defamation

Delik pidana penghinaaan/pencemaran nama baik (criminal defamation) seperti yang ada dalam Bab XVI tentang Penghinaan (Pasal 310-321) KUHP atau Ps.27(3) UU ITE ini ajaib bin kocak. Ia mulur mungkret bisa digunakan siapa pun: penguasa, politisi, tokoh masyarakat, pesohor, LSM, ormas, komunitas warga, dsb. -- sering dengan tuduhan telah mencemarkan nama baik entitas apa pun, tidak terbatas pada subyek orang yang real. Ia juga digunakan oleh beberapa aktivis yang mendaku menentang delik-delik KUHP dan UU ITE tersebut. Rupanya politically correct cuma cocok untuk korek kuping.... (Harry Wibowo)

Selasa, 08 Maret 2016

Pencemaran Nama Baik

Apa pun juntrungan dan alasannya, yang mencengangkan, mengapa mempertahankan reputasi, menjaga kehormatan ataupun nama baik musti menggunakan delik pidana pencemaran nama baik?

Kamis, 03 Maret 2016

200 Milyar


Tapi yang dapat 200 Milyar Rupiah justru seorang pembalap mobil! #Jokowinomics #Indon #NegaraGagal
Dikirim oleh Saut Situmorang pada 3 Maret 2016

Rabu, 02 Maret 2016

Tereliyenisme


Awas Bahaya Laten Tereliyenisme! :p
Dikirim oleh Saut Situmorang pada 2 Maret 2016

Pleidoi


Pleidoi Seorang Goblok Yang Tersudut Lalu Berusaha Cuci Tangan #kaciandehlo
Dikirim oleh Saut Situmorang pada 1 Maret 2016

4 Oktober 1945

Jakarta, 4 Oktober 1945. Kabinet pertama RI berpose untuk pers asing di kediaman Presiden Soekarno di jalan Pegangsaan Timur No.56. Menteri Penerangan Amir Sjarifuddin yang baru dua hari keluar dari penjara Jepang mengenakan jas kedodoran, celana pendek, sambil merokok. Anjing kecil yang secara tak sengaja melintas menambah kesan pilu tentang Republik yang menentang Belanda dengan penuh semangat tapi bermodalkan dengkul (Foto: Alex/Frans Mendur untuk Merdeka), arsip Antara/koleksi YS

Selasa, 01 Maret 2016

Kembang

Posting status gambar kembang seperti ini lebih aman.... Sebab bisa menyembunyikan apa sesungguhnya yang kita baca. Tapi yang lebih penting, menyembunyikan buku sejarah apa yang TIDAK kita baca. ‪#‎tereliye‬

Tereliyeisme‬


#Tereliyeisme
Dikirim oleh Saut Situmorang pada 1 Maret 2016

Nabi Pop


Makin kasihan awak liat Nabi Pop ini
Dikirim oleh Saut Situmorang pada 1 Maret 2016

Sok Pintar


Si Goblok Tapi Sok Pintar ini kembali memamerkan kedahsyatan kegoblokannya! Komunitas Kretek, Membunuh ID, Alfa Gumilang, Puthut Ea, Bilven Sandalista, Jibal Windiaz, Daru Supriyono, Nanda Pane, Roby Fuzi
Dikirim oleh Saut Situmorang pada 1 Maret 2016

Sastra, Hobi, Profesi

Begitulah yang akan terjadi dan terus akan terjadi kalok Sastra itu cumak dianggap Hobi bukan Profesi profesional dan menulis Karya Sastra cukup dengan bermodal Bakat Alam dan Hayalan doang ‪#‎TereLiye‬ (Saut Situmorang)

Kenapa Ada Angin?

"Kenapa ada angin?
Agar orang-orang tahu ada udara di sekitarnya."
Kenapa ada kentut?

Goblok

Orang Goblok macam di bawah ini (bukunya diterbitkan Gramedia!) mana tau kalok PKI adalah parpol pertama yang berani makek nama "Indonesia" di zaman penjajahan Belanda dan parpol pertama yang berani memberontak terhadap pemerintah kolonial Belanda tersebut! (Saut Situmorang)

*Paham

Saya mulai menulis di koran-koran sejak SMA, saat kuliah, masuk kampus perubahan, yang dipenuhi banyak aktivis kelas berat (baiklah, akan saya sebut saja, kuliah di UI), saya menemukan banyak pemikiran2 baru yang tidak pernah saya dengar sebelumnya. Juga buku2 yang tidak pernah saya baca sebelumnya.

Blunder Tere Liye

Indonesia itu merdeka, karena jasa-jasa tiada tara para pahlawan--yang sebagian besar diantara mereka adalah ulama-ulama besar, juga tokoh2 agama lain. Orang-orang religius, beragama.

Senin, 29 Februari 2016

Jakarta

Menyusul Jokowi, beberapa pejabat daerah dibujuk/tertarik menjadi Gubernur Jakarta (Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo) sebelum masa jabatannya usai. Godaan dan alam pikir Jakarta-centris begitu dominan. Juga kecenderungan jalan pintas dlm politik. (Farid Gaban)

Rabu, 24 Februari 2016

Pelacur Kalijodo

Jurnalis: Mbak, minta komentarnya. Kalau digusur, nanti bagaimana?

PSK: Ya paling nyari tempat baru.

Senin, 08 Februari 2016

Jurnalisme, Metafora

Ketika Cristiano Ronaldo disorot kehidupan pribadinya, kita tidak hanya disuguhi kehidupan pribadi seorang pesohor, tetapi juga bagaimana kehidupan pemain sepakbola telah berubah. Ketika kita melihat sorot mata kecewa Lionel Messi, kita memahami bahwa itu tidak sekadar sorot mata satu orang. Ia mewakili kekecewaan orang banyak di sebuah negara, yang merindukan hadirnya dewa baru dalam sosok yang dijuluki “Si Kutu” untuk memberi mereka piala dunia.

Jumat, 05 Februari 2016

Meregang Nyawa

Jurnalisme mengenal pemakaian bahasa yang ekspresif. Tujuannya adalah untuk menimbulkan stimulus dalam alam pikiran audience yang memungkinkan si audience memberikan perhatian lebih dan menangkap pengertian suatu/beberapa kata secara lebih cepat dan lebih jelas. Bahasa yang ekspresif tidak dimaksudkan untuk membesar-besarkan kenyataan, tidak untuk menimbulkan sensasi, apalagi untuk membiasakan diri dengan bahasa yang “tidak berperasaan”.

Jumat, 22 Januari 2016

Fundamentalisme

Mensyukuri hal-hal yang fundamental dalam hidup. Misalnya: nasi jagung, pete dan sambal tomat + terasi.