Minggu, 15 Mei 2016

Maaf

Marcus Christenson membuat permohonan maaf yang panjang berkait kesalahannya dulu menulis soal pilihan manajemen Leicester City terhadap Ranieri. Ia membedah tulisannya sendiri, mengomentarinya, menyesalinya, dan menunjukkan di bagian-bagian mana ia salah. Di bagian akhir tulisan, ia bahkan mendeklarasikan bahwa ia kini bukan lagi seorang pakar untuk soal Ranieri.

Flamboyan

"Tapi jika mau lebih cermat sedikit, gema ke-Indonesia-an film ini juga bisa didapatkan pada sisi lain. Coba perhatikan sosok Jimmy Mistry, editor Glitz, koran yang kontra modal. Ia kekiri-kirian, ada di pihak buruh dan aktivis komunis, namun pada saat yang sama sangat mudah membedakannya dengan pemimpin buruh dan aktivis komunis di film ini, misalnya Kamerad Dhespande. Jimmy berpakaian rapi dan dandi, sama flamboyannya dengan musuhnya, Khambatta yang pro-modal. Ia ajeg mengunjungi bar jazz, kedapatan main billiard, dan senang mani-padi, meski di banyak kesempatan ia juga muncul di panggung demonstrasi para buruh. Dan, yang terpenting untuk alur film ini, ia juga senang dengan perempuan cantik, dan tak sungkan memperalatnya untuk tujuan-tujuan taktik-politik. Mengabaikan satu-dua hal pokok yang tak sesuai, lalu iseng-iseng bermain anagram dan inisial, dan membayangkan bahwa Anurag Kashyap mungkin sempat membaca studi-studi tentang industri cetak di Indonesia (Wars Within-nya Steele, misalnya), saya tampaknya menemukan sosok mirip Jimmy Mistry ini di sini, di Indonesia. Sambil senyum-senyum saya berandai-andai, kalau di Indonesia, JM si editor ini tampaknya lebih condong jadi PSI dibanding PKI."