Selasa, 10 November 2015

Takut pada Orang Mati

Takut pada pengaruh makam orang yang sudah mati (dibunuh) adalah ciri-ciri bahwa kekuasaan yang sedang hidup sudah tidak punya pengaruh dan integritas lagi.

Pangeran Kecil

Sesudah dua pekan, belum juga bisa menonton film "The Little Prince". Lima belas tahun lalu, ketika pertama kali membaca novelnya, saya bersaksi itu adalah novel yang mudah sekali menyihir pembacanya untuk segera jatuh hati, sekuat sihir yang juga saya temui ketika membaca "Totto-Chan" dan "The Alchemist". Novel itu, atau ketiganya, sanggup menghidupkan kembali imajinasi kanak-kanak pembacanya dengan cara yang mengesankan.

Hari Pahlawan

Salah satu pahlawan saya beberapa bulan belakangan adalah Yovantra Arief, mahasiswa-filsuf yang mengajari cara mengelola web dengan baik dan benar. Berat sekali, apalagi untuk orang seperti saya yang gaptek, pakai laptop sering hanya buka Word dan internet. Di ruang sempit di kantor Remotivi ini saya juga kerap kena doktrin-doktrin kiri, sesekali liberal, kadang ceramah keagaman (maklum yovan ini santri tulen), juga diajari cara menggunakan analisis ekonomi-politik media dengan kaffah.

Ganalo

Anak-anak di Dermaga Ganalo, pemberhentian kedua dr Lirung ke Miangas, Talaud. (Farid Gaban)

Kesalahan Istri

Banyak sekali tulisan yang menyatakan sekian poin kesalahan istri kepada suami. Padahal menurut pengalamanku, kayaknya kesalahanku sebagai suami kepada istriku jauh lebih banyak. (Puthut E.A.)

Jasmev

Sejak "Jasmerah" digantikan oleh "Jasmev", kita gampang sekali mempahlawankan seseorang, segampang mempersetankan yang lainnya. Begitulah cermin kualitas berpikir kita. (Tarli Nugroho)

Rainis

Rainis, Pulau Karakelang, Talaud, pagi ini. (Farid Gaban)

Pahlawan

Pahlawan adalah para perempuan yang telah melahirkan dan membesarkan orang-orang hebat seperti Jokowi. (Abdul Gaffar Karim)

Jangkar

Menurunkan jangkar di perhentian pertama, Rainis, tiga jam setelah berangkat dr Lirung subuh tadi. (Farid Gaban)

Calo

Beberapa waktu yang lewat, saat akan menonton pertunjukan Musik Kampungan di Bentara Bhakti Budaya, TIM Jakarta, beberapa laki-laki dengan gerak-gerik yang khas menawari saya membeli karcis pertunjukan. Saya menolak tawaran mereka karena sudah punya karcis, dan saya melihat wajah mereka agak kecewa. Tidak salah lagi mereka adalah calo tiket dan saya teringat pada tetangga saya di kampung yang pekerjaannya sama dengan mereka.