Bandara Pulau Miangas, pulau Indonesia paling utara, berbatasan dg Filipina. Mulai dibangun 2013. Landas pacu sudah hampir jadi, 1.400 m. Bangunan terminal dan apron belum dibuat. (Foto-foto oleh Farid Gaban)
Apakah ruang sosial/publik berarti ruang yang digunakan untuk tujuan-tujuan sosial/publik, atau sekadar ruang yang diisi oleh anggota masyarakat yang disebut khalayak?
Sabtu, 14 November 2015
Mengapa Saya Tidak Memasang Bendera Perancis di Profil FB
Tidak ada alasan apa pun untuk membenarkan kebiadaban yang baru saja terjadi di Paris.
“Waspadalah, Kalian Diadu-Domba”
Hari ini saya jadi ingat sebuah peristiwa lama yang punya relevansi awet, berpuluh tahun kemudian. Ingatan ini dipicu oleh diskusi belakangan di seputar peringatan 50 tahun pembunuhan 1965, dan debat soal International People’s Tribunal di Den Haag.
LS
Mulai dari soal yang 'politis' sampai psikologis-moralistik, koq pada berasionalisasi tentang kelakuan LS? Bagi saya pertanyaan yang releven dalam konteks "Holocaust 1965-66 and aftermath" adalah "untuk tujuan atau maksud/niat apakah LS melakukan penyiksaan* keji tersebut"?
Jumat, 13 November 2015
Anak Kampung
Ini gambar kampung halaman saya. Namanya Karatung. Iyah. Saya anak kampung. Kampung di ujung Indonesia. Tempat di mana berburu ikan adalah kegirangan. (Andre Barahamin)
Marampit
Nelayan Pulau Marampit. Pulau antara Kakorotan dan Karatung. Maaf tak bisa mampir ke Karatung, kampung halaman Andre Barahamin. Hanya bisa lihat dr kejauhan via drone. (Foto-foto oleh Farid Gaban)
Peran Lingkaran PSI dalam Mendukung Orde Baru
Pagi ini saya lihat Wijaya Herlambang menjelaskan di IPT Den Haag bagaimana peran lingkaran PSI dalam mendukung Orde Baru. Saya salut untuk poin itu. Tapi, saya punya pendapat sendiri soal kehadiran orang seperti Todung Mulya Lubis yang sangat sentral dalam kegiatan ini. Akhir kata, silakan dilanjut mas. Saya doakan sukses. sehat selalu. (Bosman Batubara)
Kakorotan
Senja. Kapal perintis Sabuk Nusantara bersandar di Dermaga Pulau Kakorotan, Talaud, Sulawesi Utara. (Farid Gaban) |
Nursyahbani Katjasungkana
Ketika sekelompok kecil orang menyebut Bu Nursyahbani Katjasungkana dengan "pengkhianat bangsa" atau cap-cap buruk lainnya karena kegigihannya mendorong pengungkapan kebenaran bagi korban 1965, bagi saya, beliau adalah potret seorang Muslimah progresif yang justru sedang menyumbangkan sesuatu untuk bangsa ini. Mengisi peran-peran kepeloporan yang lama ditinggalkan umat Islam terhadap persoalan kebangsaan. Melanjutkan yang dulu dilakukan Gus Dur, Cak Nur, dan para pemikir bangsa lain.
Langganan:
Postingan (Atom)